Kisah Sang Pendiri Harian Rakjat
Edisi: 05/43 / Tanggal : 2014-04-06 / Halaman : 60 / Rubrik : IMZ / Penulis : Dody Hidayat, Lea Pamungkas, Dian Yuliastuti
Kwa Sioe Ing, 64 tahun, menunjuk rumah berpagar besi hitam kecokelatan yang berkarat di Gang Kapasan Dalam 2 Nomor 18, Kapasan, Simokerto, Surabaya. Menurut sesepuh Kapasan itu, rumah yang tepat berada di seberang rumahnya tersebut tak berpenghuni. Rumah itu tampak tidak terawat. Permukaan jendela dan lantai terasnya dipenuhi debu. Plafonnya juga sudah jebol. Seingat Kwa Sioe Ing, rumah itu sudah berulang kali direnovasi. "Kalau tidak salah, dulu memang ditempati orang Baperki," ujarnya.
Anak keenam Siauw Giok Tjhan, Siauw Tiong Djin, membenarkan bahwa kakeknya pernah menempati rumah di ujung gang di Kapasan itu. Rumah itu dekat Boen Bio, klenteng terbesar di Jawa Timur.
Oei Hiem Hwie, 72 tahun, yang mengaku masih kerabat Siauw, membenarkan bahwa rumah keluarga Siauw dekat dengan Boen Bio. Tapi itu bukan milik ayah Siauw, melainkan milik Kwan Sin Liep, mertuanya. Kwan adalah pengusaha totok serta ahli kungfu dan astrologi Cina. "Itu lingkungan elite di pinggiran jalan raya," kata bekas wartawan Terompet Masyarakat yang kini menjadi Pembina Yayasan Medayu Agung itu saat ditemui di kediamannya di Jalan Medayu, Rungkut, Surabaya.
Dalam memoarnya yang terbit sepekan sebelum ia wafat, Lima Zaman: Perwujudan Integrasi Wajar, Siauw bercerita tentang masa kecilnya di Kapasan. Ia lahir dalam keluarga campuran, baba-totok. Ayahnya, Gwan Swie, juga lahir di sana dan menjadi yatim-piatu pada usia 11 tahun. Sang ayah tak masuk sekolah milik Tiong Hoa Hwee Kwan (THHK), tapi memilih kursus bahasa Inggris karena lebih gampang mendapat pekerjaan. Selain bergaul dengan orang-orang Belanda, Gwan Swie, yang mengagumi Sun Yat Sen, berkawan dengan tokoh Tionghoa peranakan yang berkiblat pada nasionalisme Cina. Salah satunya The Ping Oen, Direktur Koran Pewarta Soerabaia.
Gwan Swie kerap berjumpa dengan putri pertama Kwan Sin Liep. Perempuan itu bernama Kwan Tjian Nio. Gwan Swie jatuh hati. Mulanya lamarannya ditolak mentah-mentah oleh Kwan karena latar belakang Gwan Swie yang peranakan. Tapi kekerasan hati Kwan luruh juga. Ia menerima Gwan Swie menikahi putrinya, dengan syarat anak mereka harus bersekolah di THHK. Pada 23 Maret 1914, lahirlah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar…
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…