Kisah Yess Dan Idealisme Kaset Rumahan
Edisi: 06/43 / Tanggal : 2014-04-13 / Halaman : 60 / Rubrik : IMZ / Penulis : Nurdin Kalim, Seno Joko Suyono, Ananda Badudu
Tiap Sabtu pekan ketiga April, para pencinta dan kolektor rilisan fisik musik menyambut Record Store Day. Ikut merayakan Record Store Day, Tempo menyajikan nostalgia dunia kaset. Kali ini Tempo mengangkat industri kaset rumahan yang begitu semarak di Bandung pada 1970-1980-an.
Setidaknya terdapat empat label rekaman yang saat itu berkibar di Kota Kembang: Yess, Mona Lisa, Apple, dan Hidayat Recording. Yang menarik, tiap label punya ciri khas masing-masing, berdasarkan selera dan kecintaan musik para pengelolanya. Yess, misalnya, mengkhususkan pada musik aliran rock progresif. Label ini sangat idealistis. Berani menerbitkan album-album band progresif yang lagunya terbilang sulit. Tak peduli konsumennya sedikit.
Akan halnya Mona Lisa condong merilis album musik southern rock, yang berkembang di pantai barat Amerika Serikat. Adapun Hidayat memilih jalur jazz. Hingga kini kaset hasil rekaman rumahan itu masih menjadi incaran para kolektor kaset. Yess, misalnya, bagi banyak musikus Indonesia, dianggap berjasa mendidik selera kuping untuk mengapresiasi khazanah rock yang lain.
Jalan Veteran, Bandung. Kalau Anda melintasi jalan ini, akan terlihat sebuah toko furnitur di ruko bernomor 107. Kaca depannya bening sehingga perabot dan mebel jualan di dalamnya bisa terlihat jelas dari trotoar. Dulu, akhir 1970-an, barang siapa melewati toko itu akan menyaksikan sebuah toko dengan kaca gelap bergambar drum serta siluet penggebuknya. Konon, itu siluet Bill Bruford, penabuh drum band rock progresif asal Inggris, Yes dan King Crimson.
Para penggemar musik tahu toko itu dulu markas label rekaman kaset Yess. Dari situlah ribuan kaset Yess dipasarkan ke Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, hingga Denpasar. Label rumahan itu telah tutup pada 1988. Pemilik Yess, A Fung, sekarang memiliki toko di seberangnya. Ia tak lagi berjualan kaset, tapi sepeda.
Tatkala Tempo menyambangi kediamannya pada Maret lalu, sang istri mengatakan A Fung sibuk. Hari berikutnya, istrinya bilang suaminya menolak untuk wawancara tentang kaset Yess. "Itu sudah masa lalu. Saya tidak mau bercerita lagi," kata A Fung melalui telepon pada hari lain.
Yess memang telah menjadi cerita "tempo doeloe". Yess adalah bagian dari "rekaman indie" Bandung pada 1970-1980-an. Saat itu di Bandung muncul label-label kaset produksi rumahan dengan modal cekak. Produksi kaset mereka jauh di bawah raksasa label Jakarta, seperti Aquarius dan Billboard, yang mencetak puluhan ribu kaset setiap bulan dan memiliki gerai di mana-mana. Namun mutu produksi dan kurasi pilihan "kaset Bandung" tak kalah. Awalnya, pada 1960-an, piringan hitam di Bandung menjamur. "Piringan hitam itu kebanyakan masuk dari Singapura lewat Jakarta," kata Yongky Nusantara, penggemar musik di Bandung yang telah sepuh.
Harga piringan hitam itu selangit. Per keping bisa Rp 5.000, padahal harga kaset hanya sekitar Rp 400. Nah, sejumlah toko pun kemudian membuat produksi kaset dengan cara merekam lagu dari piringan hitam. Selain Yess, di Bandung muncul label seperti Mona Lisa, Apple, dan Hidayat. Pada zaman itu "bajak-membajak" lagu bisa dimungkinkan karena Indonesia belum mengikuti Konvensi Bern tentang hak cipta.
Yess boleh dibilang yang paling unik-dari dunia perkasetan rumahan Bandung pada 1980. Ia fenomenal. "Kaset bajakan"-nya lain daripada yang lain. Secara visual tampilan Yess khas. Sampulnya selalu berwarna gradasi biru dan hijau. Di punggungnya terdapat nomor urut. Dan, yang lebih penting, selera Yess gokil. Yess berani segmented, merilis album rock yang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar…
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…