Menguak Jejak Leluhur Di Gua Harimau
Edisi: 17/43 / Tanggal : 2014-06-29 / Halaman : 64 / Rubrik : SEL / Penulis : Ananda Badudu, Nurdin Kalim, Parliza Hendrawan
PAGI masih menyisakan embun di dedaunan ketika Tempo tiba di Gua Harimau pada Jumat awal Juni lalu. Lokasi gua yang terletak sekitar lima kilometer di selatan Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, itu tersembunyi di lereng perbukitan kapur. Pepohonan besar dan semak belukar yang menutupi lereng bukit kian menyembunyikan gua tersebut.
Untuk mencapai mulut gua harus lebih dulu menapaki 105 anak tangga terbuat dari coran semen dengan kemiringan hingga 45 derajat. Gua Harimau yang bermulut lebar itu memiliki panjang 43 meter dan lebar kira-kira 32 meter. Langit-langitnya, yang berjarak rata-rata 17 meter dari lantai gua, dihiasi stalaktit-stalaktit besar. Menurut cerita penduduk setempat, gua itu menjadi tempat harimau sehingga tak seorang pun berani memasukinya. "Dari cerita itulah kemudian gua tersebut dinamakan Gua Harimau," kata Rolly Candra Saputra, juru kunci dan juru rawat Gua Harimau.
Keberadaan Gua Harimau mulai terkuak oleh para peneliti pada 2008. Saat itu, Ferdinata, 50 tahun, penduduk Padang Bindu, menginformasikan keberadaan gua tersebut kepada tim Pusat Arkeologi Nasional yang tengah meneliti Gua Karang Pelaluanââ¬âsekitar 100 meter dari situs Gua Harimau. Tim arkeolog pun memutuskan menjelajahi Gua Harimau.
Setelah melakukan penelitian dan penggalian, tim arkeolog menemukan tulang belulang manusia purba yang terkubur di dalam gua. Jumlahnya mencengangkan. Hingga akhir Mei 2014, tim menemukan 78 kerangka utuh manusia purba. "Ini jumlah paling besar yang pernah ada di Indonesia," ujar Harry Truman Simanjuntak, arkeolog prasejarah Pusat Arkeologi Nasional. "Kalau digali terus, saya kira bisa mencapai ratusan rangka karena di dalam gua masih banyak yang terkubur."
Dalam tiga tahun terakhir, Truman begitu antusias melakukan penelitian dan penggalian Gua Harimau. Arkeolog 62 tahun itu menggandeng para arkeolog muda turun ke lapangan. Mereka diajak masuk hutan, menggali dasar gua, dan menganalisisnya. Menurut Koordinator Tim Penelitian Situs Gua Harimau, Adhi Agus Oktaviana, ada 18 arkeolog yang terlibat dalam tim. Adhi menyertakan ilmuwan lintas bidang. "Itu untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif atas temuan di Gua Harimau," ujarnya.
Para peneliti yang terlibat, antara lain, ahli teknologi artefak batu prasejarah dan analisis tiga dimensi Ruly Fauzi; zooarchaeolog Mirza Ansyori; paleoantropolog dan ahli kerangka Dyah Prastiningtyas dan Sofwan Noerwidi; mahasiswa arkeologi Universitas Gadjah Mada, Luhana Martha Herbiamami dan Fika Nuriavi; serta arkeolog prasejarah dari Balai Arkeologi Palembang, Tri Marhaeni dan Sondang Siregar. Selain itu ada ahli analisis DNA, Herawati Sudoyo, Wuryantari, dan Windi dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman; teknisi penggambaran Arkenas Ngadiran; teknisi cetak replika kubur dan artefak Ginarto, Slamet, dan Wahyu Pujiono; serta teknisi gips, Sony Sanjaya dari Pusat…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…