Seputar Mimpi Petrokimia Eddy Tansil

Edisi: 52/23 / Tanggal : 1994-02-26 / Halaman : 80 / Rubrik : EB / Penulis : DSI

SERIUSKAH Eddy Tansil dengan hajat petrokimianya? Ini bukan pertanyaan penting seandainya proyek itu tak membuat heboh. Soalnya, hanya berbekal proposal petrokimia itu, Eddy gampang sekali menggaet utang US$ 430 juta.

Kini baru terungkap bahwa megakredit yang sudah dicairkan dengan fasilitas red clause itu hingga ramai dipertanyakan oleh para wakil rakyat di DPR dan berujung pada penahanan Eddy Tansil awal pekan silam tak dapat dilacak pemakaiannya. Karena itu, muncul teka-teki: betulkah proposal industri petrokimia itu hanya dipakai sebagai dalih untuk memperoleh kucuran kredit?

Indikasi untuk "membobol bank" bukan tak ada. Memang, jika dilihat hiruk-pikuk pembangunan kompleks industri itu, tampaknya semua lancar.

Hingga pekan lalu, puluhan dump truck masih terus hilir mudik di tanjung kecil pantai Bojonegoro, sebuah kecamatan di utara Cilegon, Jawa Barat. Deru mesin buldoser tetap meramaikan dusun yang semula sepi itu. Terkesan sekali bahwa pihak kontraktor bergeming terhadap berita penangkapan Eddy Tansil, sang pemilik proyek.

Rupa-rupanya, hiruk-pikuk pembangunan seluruhnya terpusat pada industri serat akrilik (bahan baku pengganti wol) dari PT Hamparan Rejeki. Sedangkan dua proyek penting lainnya, yakni PT Graha Swakarsa Permai, yang akan memproduksi 120 ribu ton styrene monomer (bijih plastik) tiap tahun, dan PT Pusaka Warna, yang menghasilkan polypropylene, masih belum jelas sosoknya. Yang ada hanya tiang pancang bergelimpangan dan sudah karatan. Selebihnya hamparan tanah kosong.

Padahal, menurut sumber TEMPO di Departemen Keuangan, justru pada kedua proyek yang belum dibangun inilah kredit Eddy Tansil tersangkut. Atau, dalam kata lain, dana…

Keywords: -

---

Foto Terkait