Jalan Hijrah Si Rama-rama
Edisi: 18/43 / Tanggal : 2014-07-06 / Halaman : 08 / Rubrik : JTM / Penulis : Endri Kurniawati, Agita S. Listyanti,
Endang Kustiyani menorehkan canting di atas mori dengan teliti. Di sebelahnya sebuah kompor menyala kecil untuk memanaskan wajan berisi malam cair. Kegiatan itu biasanya dilakukan di rumahnya. Sekitar 30 tetangga Endang juga melakoni pekerjaan tersebut. Sebagian hasilnya dipajang di rak kayu di rumah kreatif Risma Ratu, Jalan Dupak Bangunrejo, Surabaya. Coraknya khas Surabaya. Di antaranya motif ikan suro-boyo, Tugu Pahlawan, dan daun semanggi, makanan khas Surabaya. Harga batik tulis itu Rp 150 ribu per lembar.
Endang mengatakan usaha itu dirintis sejak Januari 2014. Saat itu warga mendapat pelatihan membatik dari produsen batik asal Waru, Sidoarjo. Kini usaha batik ini berkembang menjadi tiga kelompok. Mereka adalah Risma Ratu, Kresna Ratu, dan Sari Ratu. Tiap kelompok terdiri atas 20-30 orang.
Kelompok pembatik ini berisi mantan pekerja seks, muncikari, dan warga yang terkena dampak ditutupnya lokalisasi Dupak Bangunrejo pada Desember 2012. Setelah lokalisasi ditutup, warga yang terkena dampak, bekas pekerja seks, dan muncikari yang masih tinggal di kawasan itu bertahan hidup antara lain dengan membuat barang kerajinan dan makanan.
Dupak memang menjadi proyek percontohan penutupan lokalisasi yang gencar dilakukan Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Setelah penutupan, sejumlah warga aktif memulai usaha baru. Mereka lebih dulu mengikuti beragam pelatihan.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Lumpur Penguras Duit Negara
2013-01-06Negara harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk korban lumpur lapindo setelah mahkamah konstitusi menolak…
Keyko, Ratu Muncikari dari Surabaya
2013-01-06\"ratu muncikari\" yunita alias keyko, 34 tahun, memiliki bisnis prostitusi rapi, sistematis, dan terorganisasi. di…
Lagi-lagi Pasar Turi
2013-01-06Pasar turi lama, pusat bisnis di kota surabaya, tinggal kenangan. dengan terbakarnya gedung pasar turi…