Berkah Revolusi Klinsmann

Edisi: 21/43 / Tanggal : 2014-07-27 / Halaman : 72 / Rubrik : OR / Penulis : Arie Firdaus, ,


DI bawah terpaan suhu hangat musim panas, ribuan orang terlihat meluapkan kegembiraan di gerbang Brandenburg, Kota Berlin, Selasa pekan lalu. Kerumunan orang itu bagai kian memanaskan suhu yang tercatat 25 derajat Celsius. Hawa semakin sumuk. Tapi mereka tak peduli. "Anda tak akan menemukan hal seperti ini setiap hari," kata Bernd Hesse, salah seorang yang riang meski terjebak dalam hiruk-pikuk itu.

Hesse benar. Mereka memang tak saban hari bisa melakukannya. Untuk keriaan kali ini, mereka bahkan telah menunggu sejak 24 tahun lalu. Itulah saat terakhir tim nasional Jerman mengangkat trofi Piala Dunia.

Pusat dari kegembiraan hari itu adalah sebuah bus hitam dengan atap terbuka. Di sana para pemain tim nasional Jerman berdiri dan dielu-elukan, juga larut dalam nyanyian bersama massa. Mereka pun memamerkan trofi Piala Dunia yang baru saja diraih di Brasil. Senyum lebar mengembang. Kegembiraan ini bagai tak akan pernah usai.

Philipp Lahm dan kawan-kawan memang layak menepuk dada. Mereka sukses merebut piala kasta tertinggi di jagat bal-balan itu dengan penuh gemilang. Jerman tak terkalahkan sepanjang turnamen dan mampu menampilkan permainan yang memikat di tiap laga.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

H
Hidup Ayrton Senna dari Sirkuit ke Sirkuit
1994-05-14

Tanda-tanda maut akan mencabut nyawanya kelihatan sejak di lap pertama. kematian senna di san marino,…

M
Mengkaji Kans Tim Tamu
1994-05-14

Denmark solid tapi mengaku kehilangan satu bagian yang kuat. malaysia membawa pemain baru. kans korea…

K
Kurniawan di Simpang Jalan
1994-05-14

Ia bermaksud kuliah dan hidup dari bola. "saya ingin bermain di klub eropa," kata pemain…