Permainan Lain Haram-halal

Edisi: 23/43 / Tanggal : 2014-08-10 / Halaman : 42 / Rubrik : NAS / Penulis : Bagja Hidayat, Alex Hamer, Hipolitus Ringgi


TULISAN tangan Hendra Utama di dokumen audit Majelis Ulama Indonesia tak terlalu rapi, tapi jelas menunjukkan temuannya di pejagalan ­Rockhampton Nomor 384, 600 kilometer utara Brisbane, Australia. Kunjungan auditor Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Kosmetika MUI ke ibu kota Negara Bagian Queensland itu menemukan bahwa proses pemotongan sapi milik Jose Batista Sobrinho (JBS) Australia Pty Ltd tersebut tak ­halal.

Menurut Hendra, meski cara pemingsanan sebelum penyembelihan sapi sesuai dengan ketentuan, yakni 40 detik, tak ada pengecekan apakah sapi tetap hidup. Tahap ini krusial karena, jika sapi sudah mati sebelum disembelih, dagingnya menjadi haram. Anehnya, dalam kesimpulan audit sampel dari 10 pejagalan milik JBS itu, Hendra menulis, "Indonesia akan mendorong AHFS memberikan sertifikat halal bagi semua pejagalan JBS yang memasok kulit wajah sapi untuk Gelita."

AHFS adalah Australian Halal Food Services, lembaga sertifikasi halal yang mendapat lisensi Majelis Ulama Indonesia untuk menjual label makanan dan pejagal­an sapi di Queensland. Adapun Gelita adalah pembeli jangat sapi dari JBS yang akan mengubahnya menjadi gelatin untuk diekspor ke Indonesia. Hari itu Hendra datang ke Rockhampton bersama seorang pejabat Gelita Australia, yang kantornya di pinggiran Brisbane.

Kedatangan Hendra dan hasil audit itu dikonfirmasi Michael Johnston, Manajer Keamanan Makanan JBS. Kepada Tempo yang menemuinya pada pertengahan Maret lalu, ia mengatakan telah mengirim surat kepada AHFS untuk menanggapi hasil audit tersebut. "Tak ada penjelasan lain karena surat itu sudah lama," katanya.

Dua pekan setelah kunjungan Hendra, Johnston menulis surat kepada Mohammad Lotfi, Presiden AHFS. Selain menga­barkan kedatangan auditor dan pelanggannya tersebut, Johnston mengatakan manajer rumah pemotongan telah berdiskusi dengan Hendra tentang proses produksi daging halal sejak di rumah pemotongan. "Saya memastikan penyembelihan di Rockhampton tak melalui prosedur halal," tulisnya.

Selain ke pejagalan JBS, Hendra berkunjung ke rumah potong sapi milik Teys di Biloela Nomor 399. Dua produsen daging sapi terbesar di Australia tersebut pemasok utama kulit wajah sapi untuk Gelita. Berbeda dengan JBS, Hendra tak secara spesifik menyebutkan pejagalan Teys mengikuti prosedur halal. Keterangan sangat jelas justru datang dari Duncan Downie, Manajer Operasi Teys, yang meneken hasil audit itu.

Downie, dalam surat terbuka di kertas berkop Teys Australia, menyatakan pejagalan Biloela milik perusahaannya tak memotong hewan menurut syariah. Meski tahap pemingsanan hingga pemotongan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?