Jejak Bersama Di Dada Garuda
Edisi: 25/43 / Tanggal : 2014-08-24 / Halaman : 54 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : TIM LAPSUS, ,
ADA akhir 1949, sukacita merebak di segala penjuru Tanah Air. Pada pengujung Konferensi Meja Bundar di Den Haag, pemerintah Kerajaan Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia yang diproklamasikan empat tahun sebelumnya. Perjuangan panjang mempertahankan kemerdekaan berbuah manis.
Setelah itu, Presiden Sukarno bergegas berbenah, menyiapkan segala perangkat tata negara yang sebelumnya terbengkalai. Dia menunjuk Sultan Syarif Hamid Al-Qadrie, yang lebih dikenal sebagai Sultan Hamid II, untuk membuat lambang negara. Raja dari Pontianak, Kalimantan Barat, itu memang menjabat menteri negara zonder portofolio di kabinet Sukarno.
"Saya segera berkonsultasi dengan Mr Yamin," tulis Sultan Hamid dalam sepucuk suratnya kepada wartawan Berita Buana, Solichin Salam, pada 14 April 1967. Surat itu dimuat dalam buku Sultan Hamid II: Sang Perancang Lambang Negara "Elang Rajawali-Garuda Pancasila" karya Turiman Fachturrahman Nur.
Tindakan Hamid bisa dipahami. Pasalnya, Yamin adalah sekretaris Panitia Indonesia Raya. Pada 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menugasi lembaga itu untuk meneliti pola dan lambang dalam peradaban Indonesia. Panitia Indonesia Raya kemudian diminta mengusulkan satu lambang sebagai simbol negara baru ini.
+ + +
SETELAH mendapat mandat mencari lambang negara, Yamin menggandeng Ki Hadjar Dewantara untuk menelusuri situs-situs purbakala dan mempelajari kesusastraan kuno di beberapa…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…