Panglima Tni Moeldoko: Di Depan Prajurit, Gue Adalah Hero

Edisi: 31/43 / Tanggal : 2014-10-05 / Halaman : 116 / Rubrik : WAW / Penulis : Hermien Y. Kleden, Qaris Tajudin, Budi Setyarso


Malam itu Panglima Tentara Nasional Indonesia Moeldoko dipenuhi kebahagiaan. Rabu pekan lalu adalah hari jadi ke-29 pernikahannya dengan Koesni Harningsih. Rangkaian bunga anggrek berderet di teras rumah dinasnya di Menteng, Jakarta Pusat. Tapi Moeldoko sama sekali belum mengetahui siapa saja pengirim bunga-bunga tersebut. "Sedang sibuk, nanti saya baca," katanya.

Di ruang makan, di depan tumpeng yang baru dipotong, pasangan ini duduk berbagi satu kursi. Tangan Koesni bergelayut di pundak suaminya—tempat empat bintang bertengger jika Moeldoko memakai baju dinas. Mereka mengenang masa-masa awal bertemu dulu. "Kami tidak berpacaran, langsung tubruk. Eh, dia (­Koesni) mau," Moeldoko berseloroh. Istrinya tersenyum dan menim­pali, "Masak? Bukannya kamu yang nongkrongin aku setiap hari?"

Di tengah-tengah perayaan ulang tahun pernikahannya itulah kami—Hermien Y. Kleden, Qaris Tajudin, Budi Setyarso, Agustina Widiarsi, Heru Triyono, dan fotografer Wisnu Agung Prasetyo—mengajaknya berbicara serius. Dari bentrokan anak buahnya dengan anggota Brigade Mobil Kepolisian RI di Batam, Kepulauan Riau; pengangkatan Dato Sri Tahir (pemilik grup bisnis Mayapada) sebagai penasihat bidang kesejahteraan prajurit; sampai perayaan hari jadi tentara yang ke-69, yang akan dilakukan besar-besaran pada 7 Oktober mendatang.

Sebenarnya kronologi bentrokan antara anggota Batalion Infanteri 134 dan Brigade Mobil di Batam itu seperti apa?

Jelas-jelas anak buah saya ke sana (Markas Komando Brimob) mau klarifikasi, tapi dikira mau menyerbu. Keempat anggota TNI ini tidak bersenjata. Salah seorang dari mereka lari, tapi tertangkap, kemudian digebukin. Ketika ada yang datang dari TNI untuk menyelesaikan masalah ini, mereka malah ngotot, kemudian ada suara tembakan. Saya tidak mau berkomentar lebih jauh lagi, nanti dikira mempengaruhi tim investigasi, takut mereka bias. Biar tim yang dibentuk TNI dan polisi bekerja.

Apa yang Anda harapkan dari tim investigasi gabungan ini?

Bisa mengungkap dengan baik apa yang sesungguhnya terjadi. Kami ingin mencari sumber masalahnya.

Perlu tim independen untuk menyelidiki?

Tidak perlu. Ini urusan internal. Saksinya ada. Tinggal digali saja informasinya.

Berapa lama tim investigasi gabungan akan bekerja?

Satu minggu bisa selesai.

Bagaimana jika hasilnya nanti menunjukkan bahwa yang bersalah adalah anggota TNI?

Akan saya selesaikan. Copot, tidak ada cerita. Itu hal biasa di TNI. Selama ini saya sudah memberi contoh. Tapi terkadang polisi tidak. Ini sumber persoalannya. Kuncinya adalah proses yang transparan dari pihak sana.

Komentar Anda…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…