Roro Mendut Masih Tanpa Rokok
Edisi: 37/43 / Tanggal : 2014-11-16 / Halaman : 84 / Rubrik : TAR / Penulis : Seno Joko Suyono, Dian Yuliastuti,
Roro Mendut mencabut keris Tumenggung Wiroguno yang menancap di tubuh Pronocitro, kekasihnya. Ia mengayun-ayunkan keris itu. Tumenggung Wiroguno, lelaki tua panglima Mataram itu, berusaha meminta kerisnya. Terjadi perebutan. Dan tragedi pun terjadi. Keris itu menancap di perut Roro Mendut.
Tirai kain merah meluncur. Panggung semburat cahaya merah mengandaikan darah dan dukacita.
Tapi klimaks kematian Roro Mendut malam itu terasa kurang liris. Dan tak terasa sebagai sebuah ujung dramaturgi yang menyentak. Biasanya Retno Maruti, yang menampilkan karya lawasnya, Roro Mendut, empu dalam pengujung. Kita ingat bagaimana adegan terakhir pementasan Sekar Pembayun, beberapa tahun lalu, di Gedung Kesenian Jakarta. Sekar Pembayun, putri Panembahan Senopati, dan kekasihnya, Ki Ageng Mangir, sang pemberontak, bersimpuh di kaki Panembahan. Dalam gerakan cepat, kepala Mangir ditetak oleh Panembahan. Cahaya merah muncrat membasuh ruangan. Seketika pertunjukan usai. Terasa perasaan kita sendiri yang terpancung. Kita tercenung, Raja Mataram yang agung itu ternyata memiliki sisi jiwa kerdil.
Itu yang tak terjadi kali ini. Retno mengajak Nindityo Adipurnomo berkolaborasi. Atas kerja sama dua tokoh ini, tak salah bila ada yang berekspektasi tinggi. Nindityo perupa yang dikenal sering mengolah idiom Jawa. Ia suka bereksperimen menjadikan bentuk sanggul sebagai obyek instalasi kontemporer. Salah satu karyanya yang sukar dilupakan adalah tatkala ia menggantung…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Diversions: Khas, Cerdas, dan Nakal
1994-02-05Sedang tumbuh di eropa grup-grup tari kelompok kecil. salah satunya yang datang di jakarta pekan…
Yang Terbebani dan Tak Terbebani Tradisi
1994-01-29Sembilan penata tari pemenang lomba tari dinas kebudayaan dki jakarta mementaskan karya masing-masing di tim.…
Baguru ka Alam Tradisi
1994-06-04Untuk ke sekian kalinya gumarang sakti diundang dalam festival internasional. tak salah pendekatan gusmiati pada…