Bursa Bos Telik Sandi

Edisi: 40/43 / Tanggal : 2014-12-07 / Halaman : 44 / Rubrik : NAS / Penulis : Jobpie Sugiharto, Agustina Widiarsi, Muhammad Muhyiddin


As'ad Said Ali menjawab sungkan sewaktu Presiden Joko Widodo menanyakan calon yang tepat untuk memimpin Badan Intelijen Negara. Alih-alih mengajukan diri, Wakil Ketua Umum Nahdlatul Ulama ini menyorongkan satu dari enam deputi yang kini memimpin lembaga telik sandi itu.

"Saya kan santri Jawa," kata As'ad kepada Tempo, tiga pekan lalu, di kantornya di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Ia menutup rapat jati diri calon yang diajukannya. "Nanti dia geer," ujar mantan Wakil Kepala BIN itu.

As'ad lantas menceritakan pembicaraan dengan Presiden selama sekitar 30 menit di Istana Merdeka seusai salat Jumat, tiga hari sebelum pelantikan Kabinet Kerja. Menurut dia, Presiden Jokowi lebih banyak meminta pendapat mengenai peran Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Pendidikan dalam merawat keberagaman.

Obrolan soal BIN baru dilakukan pada saat akhir. "Cuma delapan menit." Kepada Presiden, As'ad menyampaikan pendapatnya mengenai organisasi dan metode kerja BIN. Menurut dia, organisasinya mesti ramping, bukan seperti birokrasi. Tak perlu ada deputi dan direktur seperti sekarang, tapi "desk" diperbanyak sesuai dengan keahlian dan kebutuhan di level bawah.

Tibalah pertanyaan Presiden mengenai calon bos BIN pengganti Marciano Norman. "Saya bilang, 'Pak, saya sudah pensiun. Mending pilih dari internal',"…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?