Anies Baswedan: Pendidikan Itu Harus Jadi Kegembiraan, Bukan Penderitaan
Edisi: 42/43 / Tanggal : 2014-12-21 / Halaman : 156 / Rubrik : WAW / Penulis : Qaris Tajudin, Erwin Prima, Pamela Sarnia
ADA banyak foto murid sekolah dasar terpampang di Gedung Ki Hajar Dewantara kantor Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. Kebanyakan adalah foto anak-anak yang tinggal di desa pedalaman. Meski berseragam lusuh, senyum yang tulus mengembang di wajah mereka. Adalah Menteri Pendidikan yang baru, Anies Baswedan, yang meminta foto-foto tersebut dipasangââ¬âtermasuk di dinding ruang rapat utama. "Supaya, saat kami rapat, yang terbayang adalah wajah mereka. Kita bekerja untuk mereka," katanya Rabu pekan lalu di kantornya.
Belum dua bulan berkantor di Jalan Sudirman itu, Anies sudah membuat sejumlah gebrakan. Ia, misalnya, mengubah fungsi ujian akhir nasional, dari penentu kelulusan yang membuat stres siswa dan orang tua, menjadi hanya alat untuk mengetahui penyebaran kualitas pendidikan. Terakhir, yang menghebohkan, pada 6 Desember lalu Anies menyetop untuk sementara penerapan Kurikulum 2013 dan mengembalikannya ke Kurikulum 2006. Anies bukannya menolak Kurikulum 2013. Dia hanya melihat guru dan sekolah belum siap menerapkannya. "Ibaratnya kita terbiasa menggunakan BlackBerry tiba-tiba disuruh pakai iPhone," ujarnya.
Anies menilai pelaksanaan kurikulum baru itu terburu-buru sehingga banyak guru dan sekolah tidak siap. Kebijakannya ini menuai kritik. Mantan Menteri Pendidikan Mohammad Nuh menganggap langkah Anies sebagai kemunduran dunia pendidikan. Nuh juga menganggap sang Menteri terburu-buru memutuskan penghentian Kurikulum 2013.
Kepada Qaris Tajudin, Erwin Prima, Pamela Sarnia, Mitra Tarigan, Heru Triyono, dan fotografer Aditia Noviansyah dari Tempo, Rabu pekan lalu di ruang kerjanya di lantai dua Gedung Ki Hajar Dewantara, Anies menjelaskan rinci tentang penghentian kurikulum dan rencana yang akan dilakukannya.
Sebelum memulai obrolan, ia mengacungkan sebuah buku tebal. Buku itu berjudul Sekolah Taman Siswa karangan Ki Hadjar Dewantara. "Buku ini fondasi kita. Belajar itu harus menyenangkan dan mencerahkan, seperti bermain di taman," ucap Anies, yang memakai kemeja merah muda panjang yang dilipat bagian lengannya.
Anda dulu masuk tim yang menyusun Kurikulum 2013, tapi kok malah menghentikan kurikulum tersebut?
Saya hanya pernah menjadi narasumber. Dimintai pendapat. Tapi, ketika pendapat saya berbeda, saya tidak diundang lagi.
Berbeda seperti apa?
Saat itu saya katakan kepada mereka: pernahkah Bapak-bapak satu minggu ada di sekolah dasar dan memperhatikan mereka? Pertanyaan saya itu dinilai tidak relevan. Kemudian saya ganti pertanyaan itu: apakah Bapak pernah satu hari di sekolah? Mereka jawab tidak pernah. Saya katakan, bagaimana mau menyusun sebuah kurikulum untuk anak-anak jika Anda tidak pernah ada di sana untuk anak-anak?
Jadi Anda tidak setuju ada perubahan kurikulum?
Secara prinsip, kurikulum memang harus mengalami perubahan. Tapi jangan jadikan itu sebagai solusi untuk setiap masalah. Ibarat penembak yang selalu meleset. Lalu, agar lebih titis, kita mengganti terus pelurunya dengan yang dirasa lebih bagus. Pasang lagi, tembak lagi, meleset lagi. Tapi, di saat yang sama, kita tidak pernah melatih penembaknya untuk menembak dengan lebih baik.
Penembak dalam perumpamaan Anda itu adalah guru?…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…