Cindy, Misteri 'paragraf Setan', Dan Tuduhan Cia
Edisi: 44/43 / Tanggal : 2015-01-04 / Halaman : 44 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Seno Joko Suyono, Kurniawan, Kartika Candra.
Terakhir ia datang ke Jakarta pada 1983. Tiap kali datang, ia selalu terkenang Sukarno. Ia saksi tahun-tahun menjelang kejatuhan Sukarno. Ia saksi bagaimana Sukarno di Senayan berpidato menyerukan yel-yel "Ganyang Malaysia, Ganyang Amerika". Ia saksi bagaimana Sukarno pada usia tuanya di Istana kadang seperti anak kecil, manja, dan suka main tebak-tebakan. Umurnya kini 89 tahun. Masih terlihat sehat. Betapapun kerut-merut mewarnai parasnya, ia masih tampak begitu muda untuk perempuan seusianya. Ia sama sekali tak terlihat letih, betapapun baru dua hari menjejakkan kaki di Jakarta.
Ia tiba di Jakarta dari New York menjelang Natal dan tinggal di apartemen milik Kartika Sukarno, putri Ratna Sari Dewi, di bilangan Dharmawangsa. Sebuah apartemen mewah, yang dihiasi pajangan lukisan Le Mayeur. Ia tampak sangat akrab dengan Kartika. Ia menyebutkan mengenal Kartika semenjak masih berusia di bawah lima tahun. Kartika sendiri seolah-olah menganggap wanita itu ibu baptisnya.
Dialah Cindy Adams. Pengarang buku legendaris Sukarno: An Autobiography as Told to Cindy Adams (Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia). Inilah wanita jurnalis Amerika Serikat yang dipercaya Sukarno menuliskan perjalanan hidupnya. Sesuatu yang zaman itu membingungkan banyak orang, karena pers Amerika kala itu dikenal ganas kepada Sukarno, sementara Sukarno sendiri tengah galak-galaknya mengumandangkan anti-imperialisme.
Tapi justru kepada bekas cheerleader di Andrew Jackson High School, St Albans, Long Island, ini Sukarno seolah-olah tak menyembunyikan segala sesuatu, termasuk hal-hal personalnya. Mulai masa kecil sampai istri-istrinya. Mulai pengasingan-pengasingannya, perasaannya dituduh sebagai kolaborator Jepang, sampai kegembiraannya mengunjungi Hollywood. Sebuah buku yang kemudian terbukti sangat populer. Membentuk citra Sukarno sampai hari ini. Sukarno yang pencinta wanita, Sukarno yang marhaen, Sukarno yang penuh selera tinggi pada kesenian. Seorang Sukarno yang penuh warna.
Antara 1961 dan 1964, Cindy Adams menginap di Hotel Indonesia sebagai tamu negara. Dan tiap pagi ia ke Istana, melakukan wawancara seraya menikmati kopi tubruk. "Saya dijemput mobil, saya lupa mereknya, Maxwell atau apa, tapi pokoknya berwarna biru." Cindy ingat tanya-jawabnya berlangsung santai, jauh dari formal. "Saya saat kecil waktu itu sering ngintip kalau Cindy mewawancarai Bapak. Dia kerap memakai baju merah. Lady in red. Dia rapi. Cantik elegan. Bolpoinnya saja bergambar bunga merah," Sukmawati Sukarno mengenang.
Menurut Sukma, tempat berlangsungnya wawancara itu sesungguhnya teras Istana, yang biasa dipakai Sukarno sarapan. "Teras itu dekat kamar Mas Guntur. Bapak suka di situ, karena adem dan bisa melihat rerumputan. Lama-lama tempat itu dipakai kantor, banyak tumpukan map," katanya. Sukma paham bila Sukarno memilih Cindy sebagai penulis riwayat hidupnya. "Bayangin, setiap hari Bapak harus ngobrol curhat sama seseorang. Kalau laki-laki, ya, wegah-lah. Kalau wanita cantik internasional kan semangat, ya."
Buku itu terbit pada 1965, sebulan setelah peristiwa 30 September. Penerbitnya The Bobbs-Merrill Company Inc, New York. Setelah penerbitan itu, Cindy pernah ke Indonesia, tapi hanya dua kali, yaitu pada 1974 dan 1983. "Saya masih agak takut karena saya dianggap Sukarnois," ujarnya kepada Tempo, yang siang itu mengunjunginya.
Setelah buku Sukarno, dia tak menulis buku biografi tokoh politik lain. Ia dikenal dekat dengan Imelda Marcos, dan pernah mewawancarai Shah Iran, tapi tak pernah membuat buku keduanya. Sejak 1979, ia malah dikenal sebagai kolumnis gosip di New York Post. Ia menulis skandal-skandal dan hal-hal picisan artis. Kalangan media sampai menjulukinya "ratu gosip New York". Ia misalnya pernah bermasalah dengan aktris Nicole Kidman karena menulis pernah melihat Kidman di belakang panggung minum wine saat hamil, sesuatu yang dibantah sang aktris. Betapapun demikian,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…