Tata Niaga Cengkih Siapa Yang Punya
Edisi: 19/20 / Tanggal : 1990-07-07 / Halaman : 80 / Rubrik : EB / Penulis :
SIAPA bakal menang?
; Bukan cuma di kancah Piala Dunia pertanyaan ini hari-hari ini berkecamuk,
tapi juga dalam bisnis cengkih. Coba simak. Si emas cokelat kini dibicarakan
oleh banyak kalangan. Mulai dari kalangan pengusaha, universitas, DPR,
gubernur, Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, Menteri Koperasi,
hingga di tingkat Menteri Koordinator Ekonomi & Keuangan.
; Bahkan soal ini akan kian menarik perhatian nampaknya. Sebab, seperti
dikemukakan Menteri Arifin Siregar, kini pemerintah sedang sibuk menggodok
tata niaga cengkih yang baru.
; Hanya saja, ada beda antara omong Piala Dunia dan omong soal tata niaga
cengkih: si emas cokelat selama ini sering dibicarakan dengan cara seperti
bunyi kretek yang kena api: tak keras tapi panas. Ada malah yang mengatakan:
perkembangan dalam tata niaga cengkih bisa menunjukkan bagaimana sikap
pemerintah nanti menghadapi apa yang suka disebut sebagai "monopoli". Malah
ada yang mendramatisir ini sebagai isu keadilan, yang besar versus yang
kecil, dan entah apa lagi.
; Tapi untungnya ada juga yang terus terang, seperti yang dilakukan oleh
Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) dan PT Bina Reksa
Perdana (BRP).
; Coba dengar. Sebelumnya, Gappri maupun BRP berbicara dengan nada lunak.
Tapi, kemudian, apa yang terjadi pekan lalu? Kompromi seakan-akan jadi suatu
hal yang mustahil. Suara yang terdengar lantang, tegas, dan keras. Keduanya
merasa paling berhak mengatur tata niaga cengkih.
; Tentu, dengan alasan. Gappri, contohnya, berulang-ulang menyatakan bahwa
mereka "berhak" ikut mengatur tata niaga cengkih. Tanpa mereka, memang siapa
yang akan membeli hasil panen petani? Maklum, pabrik asap inilah yang
mengkonsumsi sebagian besar hasil panen, yakni sekitar 65 ton setahun.
; Alasan lainnya, pabrik-pabrik rokoklah yang selama ini jadi penyumbang
terbesar bagi pendapatan negara. Gappri mengklaim tak kurang dari Rp 3
trilyun, dalam setiap tahunnya, yang disetorkan industri ini kepada
pemerintah -- berupa cukai, PPN, PPh, dan pajak lainnya. Selain itu, yang tak
kalah pentingnya, di sektor inilah sekitar 3,8 juta jiwa penduduk
menggantungkan hidupnya.
; Cukup? Belum. Gappri juga tak lupa "mengungkit" jasanya di masa lalu.
Menurut Soegiharto Prajogo, Ketua Gappri, pihaknyalah yang membagi-bagikan
bibit cengkih, pada para petani di Pulau Jawa ketika terjadi krisis cengkih
tahun 1950-an. "BRP itu tak punya jasa apa-apa," katanya.
; Itulah sebabnya, mati-matian, kehadiran BRP ditolak Gappri. Yang
dikhawatirkan, kalau saja BRP -- beserta anggota konsorsiumnya -- jadi
pemasok tunggal, maka seluruh stok cengkih di pabrik-pabrik rokok akan mudah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…