Kesunyian Seorang Lengger Lanang
Edisi: 46/43 / Tanggal : 2015-01-18 / Halaman : 60 / Rubrik : SN / Penulis : Anang Zakaria, ,
Ret eret ret eret / Lir ilir kabur rambatrambat angin...." Seorang lelaki tanpa baju muncul dari balik kegelapan. Dari mulutnya, terlantun tembang. Kepala plontos, dahi berhias paes. Selembar jarit membalut tubuh bagian bawahnya. Berjalan ke arah panggung kecil di ujung selasar, ia tak ragu menyibak barisan orangorang. "Ret eret ret eretââ¬Â¦" suaranya menjadi lirih sebelum berhenti.
Di panggung berlatar gebyok, ia bersimpuh di depan kaca. Mematut diri, merias wajah. Ia pasang konde ke kepala. Lalu setagen merah dipasang untuk menutup dada. Kini sosok lelakinya tersamar dalam dandanan perempuan. Ia raih setangkup kembangââ¬âmelati, mawar, dan kantilââ¬âdari atas meja di depan kaca rias. Ia katupkan kedua tangan dan angkat sembah. Merapal mantra. Dan kembang terlempar ke udara. Berharap berkah para dewa.
Ritual itu menjadi adegan pembuka Menunggu, performance karya koreografer lulusan Institut…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.