Meditasi Seni Kontemporer Korea

Edisi: 47/43 / Tanggal : 2015-01-25 / Halaman : 54 / Rubrik : SN / Penulis : Hendro Wiyanto, ,


DI ruang pameran utama Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, ditaruh beberapa buah guci putih berbagai ukuran sebagai salah satu penanda utama pameran "Empty Fullness: Materiality and Spirituality in Contemporary Korean Art" (9-20 Januari 2015). Apa kaitan antara guci putih susu itu dan karya seni rupa kontemporer yang tengah dipamerkan?

Chung Joon-mo, kurator pameran ini, menjelaskan bahwa seni kontemporer Korea bagaimanapun tidak terlepas dari kehadiran dalhangari—istilah setempat yang digunakan untuk guci. Dalhangari adalah pusaka sekaligus sejarah dan estetika seni orang Korea.

Lihatlah bentuk dan permukaan guci itu. Tiap guci sebenarnya memancarkan kekhasan—warna putihnya tidak sama, sensasi permukaan dan bentuk bundarnya pun berbeda-beda. Pada masa Dinasti Joseon, abad ke-19, dalhangari adalah barang sehari-hari yang paling banyak diproduksi serta dimiliki para petani dan kaum bangsawan.

Identitas dalhangari digunakan Joon-mo untuk menggambarkan fenomena munculnya lukisan monokrom Korea (dan­saekhwa) pada 1970-an, yang menarik perhatian dan memancing perdebatan dunia internasional. Waktu itu lukisan monokrom…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.