Kisah Museum Perlawanan Jugun Ianfu
Edisi: 47/43 / Tanggal : 2015-01-25 / Halaman : 64 / Rubrik : IMZ / Penulis : Maria Rita Hasugian, ,
"Der-der-derââ¬Â¦." Terdengar bunyi rentetan tembakan beruntun ditingkahi suara derap kaki mirip pasukan tentara berjalan bergegas. Bunyi rentetan tembakan itu menggambarkan situasi perang. Pengunjung Museum Perang dan Hak Asasi Manusia di Distrik Mapo-gu, Seoul, Korea Selatan, seolah-olah disadarkan atas tujuan kunjungan mereka ke museum ini.
Bersamaan dengan bunyi rentetan tembakan, pengunjung disuguhi lukisan tiga dimensi beberapa wajah perempuan tua di dinding basement. Lukisan wajah itu sebesar wajah manusia. Wajah-wajah perempuan tua itu seperti menahan rasa sakit. Samar-samar ada lukisan bayangan remaja putri di dekat lukisan tersebut.
Tempo bersama 18 jurnalis asing lainnya menelusuri museum ini pada 18 November 2014. Kegiatan ini sebagai rangkaian acara yang diadakan TV Arirang dalam programnya mengundang jurnalis internasional berkunjung ke Korea.
Museum dua lantai yang letaknya di pojok jalan ini mendokumentasikan sejarah perempuan Korea yang dipaksa sebagai budak seksual pasukan militer Jepang pada Perang Dunia II. Ada sekitar 100 ribu perempuan Korea jadi korban perbudakan seksual pasukan Jepang atau disebut sebagai comfort women. Di Indonesia dikenal sebagai jugun ianfu.
Foto korban comfort women berukuran kecil diletakkan di dinding-dinding vertikal (stairwall) penghubung basement dan lantai dua. Pesan para korban diukir di dinding batu menggunakan bahasa Inggris dan Korea: "I am the very evidence ÃÂalive. Why does Japan say they have no evidence?", "Has bitter a life, I Shall Live!", " Bring My Youth Back!".
Di satu pojok, ada ruang untuk mendengarkan rekaman kesaksian korban. Ada video disediakan untuk menyajikan peristiwa dan sosok para korban kekejaman pasukan Jepang. Ruangan ini ditata dengan apik sehingga plot cerita yang disajikan mudah dipahami. Rakyat Korea menghormati para korban dengan menyebut mereka "halmoni" atau "nenek" dalam bahasa Indonesia.
Di lantai dua, sejarah panjang kekejaman perbudakan Jepang dihadirkan di sini. Sejumlah bukti otentik dan salinan dokumen disusun rapi di dalam ruang kaca. Dokumen berupa surat-surat dan foto digantungkan di dinding berlapis kaca.
Di satu bilik kecil terdapat peta tentang luasnya praktek perbudakan seksual Jepang. Peta menggambarkan nama negara tempat pasukan Jepang membangun comfort station atau barak tempat memuaskan nafsu seks. Misalnya Cina, Korea, Filipina, Myanmar,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar…
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…