Menanti Blok Mahakam

Edisi: 03/44 / Tanggal : 2015-03-22 / Halaman : 96 / Rubrik : KL / Penulis : Darwin Zahedy Saleh, ,

Penantian itu sudah hampir sepuluh tahun. Perdebatan tentang siapa yang akan menjadi kontraktor di blok minyak dan gas Mahakam, setelah kontraknya berakhir pada 31 Desember 2017, setidaknya telah berlangsung di masa empat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral serta dua Presiden Republik Indonesia. Apakah pengelolaannya akan sepenuhnya ditangani Pertamina sendiri atau masih melibatkan kontraktor asing belum juga ada kepastian. Apa pun keputusan pemerintah akan dibaca sebagai sinyal oleh investor: apakah arah investasi hulu migas di Indonesia akan semakin tertutup atau terbuka.

Bagi bangsa Indonesia dan Total E&P, selaku operator selama ini, Blok Mahakam adalah sesuatu yang berarti. Inilah sumber gas terbesar di Tanah Air yang sempat membuat Indonesia tercatat sebagai eksportir terbesar gas alam cair (LNG) di dunia pada 1980-2000 dan telah menghasilkan penerimaan negara sebesar US$ 83 miliar atau sekitar Rp 750 triliun sejak kontraknya dimulai pada 1967.

Nama Total berjaya sebagai perusahaan migas di tingkat dunia antara lain karena keterlibatannya di Blok Mahakam. Blok ini adalah salah satu yang terbesar yang dikelola Total di dunia, selain proyeknya yang lain di Kaombo, Angola. Selama ini kedua kontraktor sekaligus pemegang saham dengan proporsi 50 : 50 di Blok Mahakam (Total dan Inpex) telah menggelontorkan investasi senilai total US$ 27 miliar.

Superblok migas ini diyakini masih prospektif. Pada masa awal kontrak, ditemukan cadangan 2P (proven and potential) minyak dan gas yang sangat besar, 1,67 miliar barel dan 21,2 trillion cubic feet (TCF) gas. Ketika kontrak berakhir pada 2017, menurut perkiraan…

Keywords: -

---

Foto Terkait