Pop Art, Tragedi Industri Modern

Edisi: 06/44 / Tanggal : 2015-04-12 / Halaman : 52 / Rubrik : SN / Penulis : Afrizal Malna, ,


Hampir sepanjang tiga dekade setelah Perang Dunia II, seni rupa dibombardir oleh munculnya karya pop art. Jejak pop art, tak syak, juga menggema pada banyak perupa muda kita. Adalah menarik Museum Mumok di Wina, Austria, sejak 12 Februari sampai 13 September 2015, menyelenggarakan pameran retrospeksi pop art, yang diberi judul "Ludwig Goes Pop". Semua karya pop art yang dipamerkan di museum yang arsitekturnya mirip boks hitam dengan gradasi abu-abu ini merupakan koleksi Museum Ludwig milik Peter dan Irene Ludwig ketika pop art belum berbunyi di Eropa.

Pada masa setelah Perang Dunia II, publik seni di Eropa mungkin memiliki pandangan tersendiri tentang kehadiran pop art di Inggris (melalui gerakan The Independent Group, 1954) dan di Amerika Serikat, sebagai pihak yang memenangi perang. Gerakan seni rupa kontemporer di Eropa selalu berkaitan dengan reaksi terhadap Perang Dunia. Gerakan avant-garde, misalnya, berkaitan dengan masa Perang Dunia I. Di Wina sendiri (Gustav Klimt) dan Berlin (Max Liebermann) sudah dimulai gerakan pendobrakan kemapanan nilai-nilai seni melalui Secession pada akhir abad ke-19.

Pintu masuk pameran ditutup oleh jelujuran…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.