Pontang-panting Jakarta-bandung

Edisi: 08/44 / Tanggal : 2015-04-26 / Halaman : 84 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : TIM LAPSUS, ,


DADA Wisber Louis seketika berdegup kencang tatkala panggilan teleponnya ke Kedutaan India di Jakarta diterima langsung oleh Konsul Mohamed Junus. Kala itu awal April 1955. Sebagai mahasiswa tingkat pertama Akademi Dinas Luar Negeri (ADLN), Louis tahu persis lawan bicaranya adalah tokoh yang sejak pemerintah Indonesia dikendalikan dari Yogyakarta telah menjadi "jembatan" antara Sukarno-Hatta dan Perdana Menteri Jawaharlal Nehru di New Delhi.

Musabab rasa kikuk Louis adalah tujuan dia menelepon: meminjam mobil untuk mengangkut delegasi Konferensi Asia-Afrika 1955, yang akan digelar dua pekan kemudian di Bandung. "Saat itu pemerintah belum punya banyak mobil," kata Louis kepada Tempo, yang menemuinya bulan lalu.

Louis tak sendirian mencari mobil pinjaman ke kantor-kantor perwakilan negara asing. Menjelang konferensi, sekitar 60 mahasiswa baru ADLN dan sejumlah alumnus turun membantu panitia.

Sebagian dari mereka ditempatkan di belakang Gedung Pancasila, kompleks Departemen Luar Negeri. Di sinilah markas Sekretariat Bersama Konferensi Asia-Afrika ketika itu. Ada yang langsung berangkat ke Bandung untuk membantu panitia lokal.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…