Metamorfosis Trans Jawa Warisan Marsekal Besi

Edisi: 13/44 / Tanggal : 2015-05-31 / Halaman : 56 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : TIM LAPSUS, ,


HANYA dalam setahun, 1808-1809, sebentangan jalan dari Anyer, Jawa Barat, ke Panarukan, Jawa Timur, yang tadinya jalan desa terputus-putus, rampung tersambungkan. Panjangnya lebih-kurang 1.000 kilometer. Tak mungkin pekerjaan itu terlaksana tanpa tangan besi. Maka bisa dimaklumi jika jalan itu menyimpan kisah-kisah muram, kisah-kisah kekerasan, sekaligus cerita sukses yang berkesinambungan sampai kini.

Pada 1808, Marsekal Herman Willem Daendels, tatkala itu 46 tahun, datang ke Batavia sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Lelaki kelahiran kota kecil Hattem di Belanda itu dikenal sebagai "orang kuat". Ia bagian dari kaum patriot Belanda yang terpesona oleh Revolusi Prancis. Ia Panglima Legion Etrangere yang ikut menggulingkan rezim William Oranje V dan menjadikan Belanda bagian dari Prancis. Ketika Belanda diduduki Louis Napoleon, adik kandung Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte, Daendels dikirim ke Jawa.

Tugas utamanya adalah mengamankan Jawa dari serangan Inggris. Prancis ketika itu sedang berseteru dengan Inggris. Jawa adalah daerah koloni Belanda-Prancis yang belum jatuh ke tangan Inggris. Mauritius, jajahan Prancis, pada 1807 sudah jatuh ke tangan Inggris. Ancaman Inggris akan merebut Jawa sudah di depan mata. Pada 1800, Inggris telah menghancurkan galangan kapal Belanda di Pulau Onrust dan menguasai Pantai Marunda.

Setiba di Batavia, Daendels tancap gas. Untuk pengamanan itu, ia membayangkan sebentang jalan strategis militer, sebagaimana Imperium Romawi memiliki jalan cursus publicus yang menghubungkan Roma dengan semua kota jajahannya di Eropa Barat. Jalan itu akan membuat Daendels mampu melakukan mobilisasi horizontal pasukan dari istana di Buitenzorg (Bogor) ke sepanjang Nusa Jawa. Dari Buitenzorg, Daendels melakukan perombakan administrasi kepegawaian. Ia menginginkan pemerintahan sentralistis dengan birokrasi modern yang efisien. Para bupati dimasukkan ke peta administrasi kolonial. Mereka masuk sistem kedinasan Belanda.

Lebar jalan itu 7,5 meter, sesuai dengan standar Eropa. Jalan itu berbatu dan berpasir agar bisa dilalui kuda pada musim hujan. Melalui jalan itu, Daendels akan melakukan koordinasi dengan bupati dan aparatnya di daerah. Daendels di antaranya menginstruksikan wajib tanam…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…