Perlawanan Kiai Song Dan Biennale
Edisi: 17/44 / Tanggal : 2015-06-28 / Halaman : 86 / Rubrik : SN / Penulis : Shinta Maharani , ,
Sepatu berwarna merah bata berderet, memagari sepetak sawah. Setiap pasang alas kaki berhak tinggi dan bertali hitam itu mirip lars tentara. Pada petak lahan, kumpulan pembungkus kaki kembar dengan gagahnya menginjak-injak tanah. Benih padi setinggi 25-30 sentimeter tumbuh di lahan itu. Bulir-bulir padi yang masih hijau mempercantik sebagian batang. Jerami berbaring di sela pokok padi, menebarkan bau yang menyegarkan. Air menggenang pada seperempat bidang.
Patung sepatu berbahan tanah liat itu menghiasi pekarangan perupa Djoko Pekik di Dusun Sembungan, Desa Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pencipta seni instalasi itu adalah seniman Hari Budiono dan Titi Widiningrum. Di tempat karyanya dipajang, Hari mencangkul petak seluas 4 x 7 meter untuk menyemai benih padi. Ia juga menaruh batang padi yang sudah kering. Dari situ, ia ingin menunjukkan bagaimana petani berpeluh ketika memproduksi pangan pokok penduduk Indonesia.
Hari bersama Titi perlu waktu tiga bulan untuk menciptakan karya itu. Mereka melibatkan penduduk sentra gerabah Kasongan, Bantul, untuk membantu mencetak gerabah dalam jumlah banyak. "Idenya berasal dari banyak kasus perampasan tanah petani oleh aparat di sejumlah daerah," kata Hari.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.