Hilang Dan Rusaknya Lukisan Revolusi

Edisi: 25/44 / Tanggal : 2015-08-23 / Halaman : 232 / Rubrik : SN / Penulis : Agus Dermawan T., ,


Pada tengah tahun 1949, Dullah melemparkan usul kepada Presiden Sukarno: "Bagaimana apabila para pelukis sanggar Seniman Indonesia Muda (SIM) di-opdracht menggarap lukisan-lukisan perjuangan? Mumpung pelor dan api masih bergema di telinga dan pelupuk mata."

Usul tersebut diterima Bung Karno. Dan para pelukis pun bekerja. Tapi rapat SIM yang dipimpin Sudjojono kemudian menentukan ukuran baku atas lukisan perjuangan itu. Dullah tak senang terhadap kriteria yang mengikat itu, sehingga ia lantas melanggar aturan dengan melukis di bentangan kanvas melampaui ukuran, 250 x 350 sentimeter.

Lukisan yang diberi judul Persiapan Gerilya itu diserahkan kepada Sukarno. Ihwal tema, bagi Sukarno, tak jadi masalah. Namun, soal ukuran, ia keberatan. "Jij bent alleen met jezelf bezig! ('Kamu terlalu asyik dengan dirimu sendiri!')," Bung Karno menegurnya. Dullah takut. Lalu lukisan itu pun dipotong!

Beberapa hari kemudian, lukisan yang sudah dipotong diserahkan kepada panitia. Dan sisa potongan lukisan yang berhari-hari tersimpan di kamarnya ia usung ke Kaliurang. "Saya ingin mengisi kanvas itu dengan gambaran Tanah Air yang selama ini kita bela mati-matian," kata Dullah. Dan jadilah lukisan pemandangan, yang dalam buku Lukisan-lukisan dan Patung-patung Koleksi Presiden Sukarno diberi judul Hutan di Gunung Merapi.

"Maka, jika orang bertanya, mana lukisan saya yang termahal,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.