Direktur Utama Pt Pelindo Ii Richard Joost Lino: Saya Tidak Tahu Apa Itu Takut.

Edisi: 32/44 / Tanggal : 2015-10-11 / Halaman : 124 / Rubrik : WAW / Penulis : Y. Tomi Aryanto, Jobpie Sugiharto, Isma Savitri


Blakblakan dan tak segan untuk bertarung. Begitulah karakter yang melekat pada direktur utama perusahaan pelat merah PT Pelindo II, Richard Joost Lino. Ini terbukti dari caranya menghadapi serangan dari berbagai kalangan. Dari pegawai perusahaannya sendiri, sejawatnya, sampai para menteri. Terakhir Lino dilaporkan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Masinton Pasaribu, ke Komisi Pemberantasan Korupsi atas tuduhan gratifikasi kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno.

Publik juga tak bakal lupa bagaimana Lino meladeni "kepretan" Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli dengan gaya ceplas-ceplosnya yang khas. Baik dalam kasus perusakan beton di pelabuhan oleh Rizal maupun tudingan bahwa Lino "mengadu duit" karena memasang iklan besar di sejumlah media massa.

Juga ketika kantornya—termasuk ruang kerjanya—di Pelindo II digeledah polisi terkait dengan kasus pembelian sepuluh crane yang diduga mengandung penyimpangan, Lino bereaksi keras. Saat itu dia mengadu kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil dan mengancam mengundurkan diri jika persoalan tidak clear.

Lino punya alasan atas semua sikapnya tersebut. "Saya enggak tahu, takut itu apa, sih? Saya ingin jujur kepada diri sendiri," ujar pria kelahiran 7 Mei 1953 ini saat menerima wartawan Tempo Tomi Aryanto, Jobpie Sugiharto, Isma Savitri, Khairul Anam, videografer Denny Sugiharto, dan fotografer Wisnu Agung Prasetyo di ruang kerjanya, Rabu sore pekan lalu.

Dalam wawancara yang berlangsung selama dua jam itu, Lino cuek melontarkan berbagai pernyataan ofensif dan terbuka menuturkan "kisah di balik layar" sejumlah sepak terjangnya.

* * *

Selama ini Anda santai saja diserang berbagai pihak. Tapi hari ini pengacara Anda melaporkan Masinton Pasaribu ke polisi. Kenapa?

Saya selama ini kan enggak pernah menuntut balik orang yang menjelek-jelekkan saya. Tapi saya kira kali ini harus dikasih pelajaran, biar orang tidak seenaknya memutarbalikkan fakta. Saya merasa nama saya dicemarkan. Apalagi uangnya hanya Rp 200 juta. Selain Masinton, ada sepuluh orang JICT (Jakarta International Container Terminal) yang saya laporkan ke polisi.

Benarkah Pelindo II mengeluarkan Rp 200 juta untuk membeli perabotan yang dikirim ke rumah dinas Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno?

Tempat pengiriman perabotan itu kan rumah resmi Menteri BUMN. Rumah itu tidak pernah ditempati. Bu Rini kan orang kaya, jadi beliau tinggal di rumahnya. Nah, istri saya kebetulan jadi ketua ibu-ibu BUMN. Mereka biasanya kalau ketemu di ruang rapat BUMN. Bu Rini lalu mengusulkan agar rumah dinasnya dipakai saja daripada tidak terawat. Karena barangnya enggak ada, istri akhirnya minta bantuan inventaris beberapa kursi. Itu semua inventaris Pelindo, bukan gratifikasi. Kalau gratifikasi kan memberi ke pribadi. Enggak ada itu. Di situ juga ada lukisan-lukisan, karena istri saya suka melukis.

Kabarnya nominal Rp 200 juta itu uang muka saja?

Semuanya itu Rp 200 juta. Kalau yang dimaksud orang uang muka, itu nantinya masih ada uang sekian lagi. Enggaklah.

Itu dari Pelindo II atau Pelabuhan Tanjung Priok?

PTP (Pelabuhan Tanjung Priok).

Kenapa anggarannya tidak dari Pelindo II?

Masak, furnitur kayak gitu dari kantor sini? Kantor sini biasanya triliunan, Mas. Masak, dirut beli furnitur Rp 200 juta?

Sebelumnya, Masinton tidak ada komunikasi dengan Anda?

Enggak ada.

Bagaimana Anda mencari tahu soal bocornya data (pembelian furnitur) itu?

Sudah dua orang dari bidang keuangan yang kami proses skorsing. Menelusurinya gampang, kok. Walau dokumen aslinya hilang, mereka bawa. Tapi saya senang karena enggak ada lagi kasus besar yang menjerat saya. Artinya I'm doing right, right? Saya justru berterima kasih sekali.

Kalau dibilang mantu saya dari salah satu keluarga kaya di Malaysia dan bikin usaha di sana, ah thank God. By this, everybody knows that I'm not doing something wrong. Adiknya Pak Jusuf Kalla itu teman saya dari dulu. Dan, ketika mereka bikin usaha pada 2010, Pak Jusuf is nobody. Masak, punya kerjaan di tempat lain enggak boleh?

Mungkinkah laporan Masinton ke polisi itu terkait dengan politik? Karena PDIP kurang cocok dengan Rini, lalu ada kejadian penggeledahan oleh Badan Reserse Kriminal di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…