Jejak Suap Resep Obat
Edisi: 36/44 / Tanggal : 2015-11-08 / Halaman : 58 / Rubrik : INVT / Penulis : TIM INVESTIGASI, ,
TERSIMPAN dalam format Microsoft Excel, file berukuran sekitar 12 megabita itu berjudul "Dana KS Jakarta A1 2014". Isinya: nama dokter dan rumah sakit di daerah Jakarta-Bekasi yang menerima uang dari PT Interbat sepanjang 2014. Setidaknya tercantum 327 nama dokter yang berpraktek di Jakarta, 95 dokter di Bekasi, plus 40 rumah sakit. Setiap dokter tercatat menerima Rp 5 juta-1 miliar.
Tempo mendapatkan dokumen yang diduga milik PT Interbatââ¬âperusahaan farmasi di Sidoarjo, Jawa Timurââ¬âitu sekitar dua bulan lalu. Selain file Jakarta-Bekasi itu, terdapat puluhan file serupa yang mencatat pembayaran untuk dokter dan rumah sakit di berbagai daerah di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Tangerang, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan periode 2013-2015.
Jumlah dokter yang tercatat dalam semua dokumen itu 2.125. Hampir semuanya spesialis dan setengah dari mereka berpraktek di Jakarta dan sekitarnya. Rumah sakit ada 151. Total dana yang dikucurkan Interbat selama periode tiga tahun itu sekitar Rp 131 miliar.
Seorang mantan petinggi Interbat yang ditemui Tempo di Jakarta memastikan semua dokumen itu milik perusahaan obat tersebut. Dia memastikan dokumen itu merupakan catatan komisi dan gratifikasi bagi dokter dan rumah sakit agar menggunakan obat produksi mereka.
Dia juga memberikan sekeping VCD milik Interbat yang berisi petunjuk cara membuat dan membaca kuitansi-kuitansi dalam dokumen tersebut. Terdapat pula modul pelatihan bagi para calon medical representative (medrep) tentang cara-cara membujuk dokter dan rumah sakit agar berkomitmen meresepkan obat mereka. "Interbat menghabiskan puluhan miliar rupiah dalam setahun untuk menyuap dokter," katanya.
* * *
STRATEGI perusahaan farmasi memberi dokter sekadar hadiah pernak-pernik menawan hingga mobil mewah sudah lumrah dalam bisnis obat-obatan di Tanah Air. Menurut Iwan Dwiprahasto, dokter dan guru besar farmakologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), nilai bisnis obat yang fantastis membuat perusahaan farmasi berlomba melimpahi dokter dengan hadiah dan komisi. Tahun ini omzet farmasi Indonesia Rp 69 triliun.
Dana yang dipakai perusahaan untuk menyervis dokter bisa mencapai 45 persen dari harga obat. "Obat jadi mahal karena harus membiayai dokter jalan-jalan ke luar negeri, main golf, atau beli mobil," kata Iwan, akhir September lalu.
Padahal farmasi lokal tak melakukan riset obat. Mereka tak punya produk paten. Yang diproduksi di sini kebanyakan obat yang telah usai masa patennya alias generik. Lantaran diberi merekââ¬âdikenal dengan istilah obat generik bermerek atawa me tooââ¬âdan dipromosikan habis-habisan, harganya pun melambung. Dokter yang mendapat limpahan hadiah dari perusahaan farmasi lebih suka meresepkan obat me too daripada generik.
Iwan, yang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.