Ceo Go-jek Nadiem Makarim: Kami Siap Berdarah-darah
Edisi: 36/44 / Tanggal : 2015-11-08 / Halaman : 124 / Rubrik : WAW / Penulis : Tulus Wijanarko, Isma Savitri, Raymundus Rikang
Aplikasi layanan Go-Jek telah berbiak semakin beragam. Tak hanya bisa memesan jasa transportasi, orang kini juga dapat memesan berbagai kebutuhan primer dan sekunder. Misalnya keperluan sehari-hari (lewat Go-Mart, yang terhubung dengan banyak retail). Jika ingin pijat kebugaran, Anda bisa mengoperasikan Go-Massage. Pun kalau asisten rumah tangga tengah pulang kampung, pelanggan bisa menggunakan layanan Go-Clean untuk mendapatkan tenaga kebersihan rumah ataupun kantor.
Nadiem Makarim adalah sosok di balik semua kemudahan yang ditawarkan aplikasi tersebut. Pria 31 tahun itu dinilai telah ikut menggerakkan revolusi industri transportasi sejak meluncurkan aplikasi Go-Jek awal tahun ini. Kini aplikasi Go-Jek sudah diunduh lebih dari enam juta pengguna. Seragam jaket dan helm Go-Jek pun sudah "menghijaukan" Ibu Kota dan sembilan kota lain di Indonesia, yang dipakai sekitar 200 ribu pengendara. Jumlah tersebut jauh di atas ekspektasi lulusan administrasi bisnis dari Harvard Business School, Amerika Serikat, itu, yang semula menargetkan 20-30 ribu pengendara saja untuk bergabung dengan Go-Jek tahun ini.
Dengan semua gebrakan itu, tak pelak Nadiem menjadi sorotan media dan khalayak. Tidak mudah menemuinya secara khusus untuk wawancara eksklusif, karena jadwalnya yang sangat padat. Tempo berkesempatan mengobrol dengan bekas bos Zalora Indonesia dan Kartuku itu di sebuah kafe di Gandaria, Jakarta Selatan, seusai peluncuran layanan Go-Mart, Kamis dua pekan lalu.
Nadiem mengatakan tak menyangka Go-Jek yang dulu hanya berupa call center bisa jadi salah satu solusi transportasi dan turut mengurangi penganggur. "Ada driver Go-Jek yang ketika memboncengkan saya langsung nangis begitu tahu siapa saya. Kata dia, hidupnya sekarang berubah banget karena Go-Jek," ujar Nadiem kepada wartawan Tempo Tulus Wijanarko, Isma Savitri, Raymundus Rikang, Erwin Zachri, Maya Nawangwulan, videografer Ryan Maulana, dan fotografer Nurdiansyah.
* * *
Bagaimana ide awal mendirikan Go-Jek?
Go-Jek berawal dari frustrasi saya menghadapi macet di Jakarta. Dari dulu saya ke mana-mana naik ojek karena lebih efektif dibanding mobil. Tapi masalahnya, ketika naik ojek, enggak ada reliability. Walaupun punya ojek langganan, ternyata mereka tidak selamanya bisa mengantar saya.
Kedua, kalau sudah "dekat" dengan satu pengojek, kita akan mempercayainya untuk membeli barang atau mengantarkan barang kepada orang lain. Saya lalu berpikir kenapa kita tidak mereplikasi layanan itu sehingga ojek jadi lebih reliable, bisa diakses dari mana pun, dan multifunctional? Kalau dia merupakan kendaraan tercepat di Ibu Kota, kenapa semua orang tidak mendapatkan benefit tersebut? Itulah yang memicu ide membuka call center ojek pada 2010-2011. Ketika itu saya belum ada dana buat bikin aplikasi.
Ada berapa pengemudi ojek yang bergabung dengan call center saat itu?
Pada tahap awal, ada 20 driver yang saya rekrut. Mereka lalu merekrut 100 driver berikutnya, sampai akhirnya terus berkembang secara organik dan independen, atas monitoring saya. Management team-nya kecil, paling cuma 15 orang. Ketika itu, saya baru balik dari kuliah MBA dan belum mampu mempekerjakan orang. Jadi saya harus bekerja di tempat lain dulu.
Saya dulu bekerja di Zalora. Di sana saya belajar mengenai teknologi. Lalu, ketika pindah ke Kartuku, saya belajar mengenai payment dan prepaid system. Baru pada 2014 saya dikontak oleh salah satu investor kami sekarang ini untuk take Go-Jek full online.
Saat periode call center sudah banyak pelanggan?
Udah, sih. Penggunanya kebanyakan perusahaan, untuk mengirim barang. Pemanfaatan untuk transportasi ketika itu masih kecil, sementara jumlah driver-nya 500-600 orang. Tapi jumlah segitu di Jakarta memang tidak "kelihatan", ya.
Pasti…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…