Pengakuan Seratus Warga Yogyakarta

Edisi: 37/44 / Tanggal : 2015-11-15 / Halaman : 104 / Rubrik : SN / Penulis : Seno Joko Suyono, Dian Yuliastuti,


Siapakah yang setuju Yogya berdasarkan syariah?"
Seratus orang itu kemudian memisah menjadi dua bagian. Mereka yang setuju bergabung di bagian yang memegang papan bertulisan "Saya". Mereka yang menolak berkumpul di kelompok seseorang yang menjunjung papan berkalimat "Bukan Saya". Hasilnya agak seimbang antara yang setuju dan tidak.

"Siapa yang setuju presiden memaafkan peristiwa 1965?"

Kembali seratus orang tersebut membagi diri antara kelompok "Saya" dan "Bukan Saya". Hasilnya, yang menolak lebih banyak daripada yang menerima.

Pentas bertajuk 100% Yogyakarta di panggung gedung Taman Budaya Yogyakarta pada 31 Oktober dan 1 November lalu itu merupakan pertunjukan teater yang lain daripada yang lain. Yang ada di panggung adalah seratus warga Yogya. Tidak ada satu pun aktor profesional. Para warga ini terdiri atas ketua rukun tetangga, penggali kubur, sopir, sampai tukang parkir. Bahkan ada seorang waria dan pemimpin sebuah kelompok Islam di Yogya yang sering disebut bergaris keras.

Ini proyek besar teater asal Jerman, Rimini Protokoll. Kelompok ini mengadakan pertunjukan yang sama di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.