Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said: Ini Bukan Soal Pemerintah Sok Bersih
Edisi: 40/44 / Tanggal : 2015-12-06 / Halaman : 114 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Tulus Wijanarko, Tito Sianipar, Gustidha Budiartie
DUA langkah yang diambil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said sehubungan dengan praktek miring dalam dunia energi di Tanah Air menyedot perhatian khalayak. Pertama adalah gebrakannya membubarkan dan memerintahkan audit investigasi terhadap PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral). Hasil audit itu sudah disampaikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, yang pekan lalu menaikkan status kasus dugaan tindak pidana korupsi di perusahaan ini ke tingkat penyelidikan.
Belum kelar urusan Petral, Sudirman membuat gebrakan lagi. Dia melaporkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto ke Majelis Kehormatan Dewan (MKD), yang diduga melakukan pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam proses perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia. Kedua kasus itu membuat Sudirman menjadi buruan awak media untuk mengklarifikasi sejumlah peristiwa yang terjadi. Karena hal itu pula, "Saya dituduh macam-macam, bahwa saya bagian dari mafia juga," kata Sudirman.
Pada Kamis pekan lalu, Sudirman menerima wartawan Tempo Tulus Wijanarko, Tito Sianipar, Gustidha Budiartie, Ayu Prima Sandi, dan fotografer Aditia Noviansyah serta videografer Ryan Maulana di rumah dinasnya di bilangan Jakarta Selatan. Perbincangan dilakukan pagi hari sebelum dia terbang ke Cilacap, Jawa Tengah, untuk meresmikan proyek Residual Fluid Catalytic Cracking.
Kepada Tempo, Sudirman membeberkan bagaimana cara kerja Petral hingga proses audit investigasi dilakukan, soal pelaporannya ke Majelis Kehormatan, juga polemik antarmenteri Kabinet Kerja, hingga divestasi dan perpanjangan kontrak Freeport.
Bagaimana cerita awal audit investigasi terhadap Petral?
Pada 26 Oktober 2014, sehari sebelum pengumuman kabinet, saya pertama kali bertemu dengan Presiden. Saya diundang dan beliau menyampaikan berbagai perhatian di sektor energi, tambang ilegal, dan kilang tua serta menyinggung mafia migas. Beliau bertanya bagaimana menyelesaikan itu semua. Inefisiensinya di mana? Di pemburu rente yang selalu mendapat margin tidak normal. Maka dia punya uang ekstra untuk melakukan kooptasi dan kontrol.
Itu diskusi awal. Kemudian sampai pada pertanyaan: mau diapakan Petral? Ada dua pilihan, dilikuidasi atau ditata. Dalam perjalanan ternyata tidak mudah mengubah culture dan memperbarui network yang telanjur tebal dan kuat. Pada April atau Mei 2015, kami putuskan dibubarkan dan dilakukan audit investigasi. Lalu dilakukan pemberesan, termasuk manajemen Pertamina, jika ada pelanggaran hukum.
Saya dua-tiga kali lapor ke Presiden mengenai perkembangan audit Petral ini. Ketika sudah jadi laporan final, kembali saya laporkan. Terakhir pada Jumat 13 November, ketika kembali dari Timur Tengah, saya jelaskan detail isinya. Lalu beliau mengatakan internal Pertamina harus terus didorong untuk melakukan penataan. Dan terkait dengan pelanggaran hukum disiapkan untuk disampaikan kepada penegak hukum. Dalam hal ini pilihannya ke KPK.
Pada Jumat, 13 November, itu siapa saja yang hadir?
Di ruang Pak Presiden, (hanya) kami berdua. Mendiskusikan Petral itu bukan hal baru dengan beliau. Seperti obrolan berulang saja. Cuma penekanannya waktu itu karena sudah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…