Baghdadi, Zarqawi, Dan Bin Ladin
Edisi: 49/44 / Tanggal : 2016-02-07 / Halaman : 50 / Rubrik : IQR / Penulis : Idrus F. Shahab, ,
Mereka menyebutnya Universitas Jihad. Penjaraââ¬âyang menutup pintu kebebasan para penghuninya dengan terali, tembok tinggi, dan penjaga garang berikut siksaanââ¬âitu membuka kemungkinan lebar untuk menyulap orang jadi mujahid nomor wahid.
Dalam dunia kontemporer Timur Tengah yang penuh teror dan kesumat, tersebutlah dua laki-laki lulusan universitas di hotel prodeo itu. Yang pertama adalah Abu Bakar al-Baghdadiââ¬âia kemudian mengangkat dirinya sebagai khalifah di sebuah teritori yang disebut Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS. Dan yang satu lagi pendahulu sekaligus panutan jihad Baghdadi yang telah tiada, Abu Musab al-Zarqawi.
Dua buku bertema sama yang terbit pada 2015 mendukung pendapat di atas. Black Flags: The Rise of ISIS karya Joby Warrick, pemenang Hadiah Pulitzer pada 1996, dan ISIS: Inside the Army of Terror, hasil kerja sama Michael Weiss dan Hassan Hassan, menggambarkan dengan jelas bagaimana penjara Irak mencetak dua pentolan jihad itu. Weiss adalah kolumnis di Foreign Policy, sedangkan rekannya, Hassan Hassan, analis di Delma Institute, Abu Dhabi.
Abu Bakar al-Baghdadiââ¬âlahir di Samarra, Irak, dengan nama Ibrahim Awad al-Badri pada 1971ââ¬âadalah pemuda pendiam, berkacamata minus, yang dipastikan bakal memperoleh gelar doktor dalam yurisprudensi Islam, ketika invasi Amerika Serikat menggempur negeri itu pada 20 Maret 2003. Ia memang berbeda. Seorang anggota keluarganya melukiskannya "sangat pendiam, hampir-hampir kita tak pernah mendengar suaranya". Di masa remajanya di perumahan kelas menengah-bawah di Samarra itu, Al-Baghdadi gemar sepak bola, tapi tidak pernah menghabiskan waktu mengobrol bersama teman-teman seusianya.
Hidup Al-Baghdadi lurus dan ia memiliki dunia sendiri. Hameed, tetangganya di Samarra, mengenal Al-Baghdadi sebagai pemuda serius, selalu muncul dengan kitab agama pada keranjang belakang sepedanya. Sehari-hari ia memakai kopiah putih, "Tak pernah mengenakan setelan kemeja-celana sebagaimana anak-anak seusianya. Ia memelihara jenggot pendek dan selalu memakai baju koko terusan," kata Hameed, seperti dikutip Newsweek.
Namun ada dua hal yang layak dicatat tentang Al-Baghdadi: tak ada yang ragu akan kemampuan intelektual pemuda yang mempunyai minat besar dalam ilmu fikih dan tafsir itu; dan ia juga tidak pernah menunjukkan kecenderungan untuk melakukan kekerasan, apalagi kebrutalanââ¬âdua hal yang di kemudian hari senantiasa dilekatkan dengan kepemimpinannya.
Buku Black Flags: The Rise of ISIS memperlihatkan bagaimana invasi Amerika mengubah jalan hidupnya, dari calon profesor menjadi calon pemimpin tertinggi kelompok radikal dan militan yang paling brutal di dunia. Ia cepat bergabung dengan salah satu kelompok resistansi bersenjata,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…