Daging Penggulung Presiden Partai

Edisi: 02/45 / Tanggal : 2016-03-13 / Halaman : 34 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : TIM LAPSUS, ,


SEBELUM korupsi impor daging dibongkar Komisi Pemberantasan Korupsi, majalah Tempo dua kali menerbitkan laporan utama ihwal kasus ini. Maret 2011, terbit laporan "Main Daging Pentolan PKS". Dua bulan kemudian, Tempo menulis laporan "Sekali Lagi, 'Daging Berjanggut'".

Hampir dua tahun kemudian, publik dikagetkan oleh peristiwa tangkap tangan KPK terhadap Ahmad Fathanah, seorang "kurir", lalu Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden Partai Keadilan Sejahtera. Keduanya ditangkap atas sebuah perkara suap.

Tak berhenti di situ, serial investigasi sapi itu berlanjut. Adalah Yudi Setiawan yang mengungkap keterlibatan petinggi PKS dalam sejumlah perkara suap. Pengusaha Surabaya yang ketika itu berada di penjara Teluk Dalam, Kalimantan Selatan, tersebut menjadi pembocor yang mengungkap peran lebih luas dari Luthfi dan Fathanah.

Lewat Yudi, Tempo mengangkat cerita perselingkuhan uang, kekuasaan, dan korupsi partai dakwah. Tiga laporan utama ditulis: "Suap Sapi Berjanggut" dan "Hangus!: Sejumlah petinggi PKS terpanggang perkara suap daging impor" (keduanya terbit pada Februari 2013) serta "Selingkuh Fathanah dan Partai Dakwah" (Mei 2013), yang terbit lewat penelusuran panjang dan berbelit.

PERTEMUAN itu berlangsung di kedai kopi Hotel Four Seasons Jakarta,Januari 2011. Seorang importir daging, sebut saja Ahmad Farhan, mengeluhkan soal tata niaga pengadaan daging di Kementerian Pertanian. Ia merasa diperlakukan tidak adil: jatah impor yang ia ajukan hanya sebagian kecil dikabulkan--padahal ia memenuhi semua persyaratan yang diminta, di antaranya tersedianya gudang penyimpanan dan jalur distribusi. "Oleh calo, saya diminta membayar untuk mendapat jatah impor lebih besar," katanya.

Redaktur Eksekutif Tempo Arif Zulkifli, kini Pemimpin Redaksi, mencatat keluhan Farhan. Di kantor, ia menyetorkan data kasar itu kepada Retno Sulistyowati, redaktur pada Kompartemen Ekonomi. Azul—demikian Arif biasa disapa—mencium ada cerita besar di balik keluhan Farhan: keterlibatan Partai Keadilan Sejahtera, partai yang kadernya memimpin Kementerian Pertanian.

Aturan kuota impor sebetulnya bertujuan mulia: melindungi peternak sapi lokal. Tapi aturan itu menerbitkan permainan jual-beli kuota impor. Berduet dengan Agoeng Wijaya, redaktur di kompartemen yang sama, Retno mengolah informasi tersebut. Dari satu sumber ke sumber yang lain, lahirlah laporan utama majalah Tempo, 20 Maret 2011, berjudul "Main Daging Pentolan PKS".

Salah satu importir yang menjadi sumber Tempo adalah Marina Ratna D. Kusumajati, pemilik PT Causa Prima,perusahaan importir daging, yang kini Direktur Utama PD Dharma Jaya—badan usaha di pemerintah DKI.Tempo juga menghubungi Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia Thomas Sembiring. Kini Thomas menduduki ketua umum asosiasi itu.

Dari Marina Ratna, duo Retno dan Agoeng bertemu dengan pejabat Kementerian Pertanian yang menunjukkan dokumen impor daging. Karena alasan keamanan, pejabat itu tak ingin identitasnya dibuka. Dalam tim Tempo, belakangan bergabung Akbar Tri Kurniawan, redaktur muda.

Ketika itu pemain utama impor daging adalah CV Sumber Laut Perkasa, dengan jatah impor 4.800…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…