Legenda Ang Hien Hoo
Edisi: 04/45 / Tanggal : 2016-03-27 / Halaman : 56 / Rubrik : IMZ / Penulis : Eko WIdianto, ,
Belasan karung lusuh berjajar di sebuah sudut di dalam gudang Perkumpulan Sosial Panca Budhi di Jalan Laksamana Martadinata 70, Malang, Jawa Timur. Karung berisi perangkat gamelan, seperti kendang, bonang, kenong, dan gong, itu tampak tak terawat. Sejak pertengahan 1990-an, seluruh perangkat gamelan itu disimpan dan tak pernah dipakai. "Bagaimana lagi, tak ada yang memainkan. Tak ada niat menjual, jadi disimpan saja," kata Chambali Suwito, 62 tahun, anggota staf Perkumpulan Panca Budhi.
Padahal perangkat gamelan itu sangat bersejarah, salah satu peninggalan kelompok wayang orang Ang Hien Hoo. Ini merupakan grup wayang orang legendaris di Malang yang lebih dari 90 persen awaknya etnis Tionghoa. Sepanjang 1958-1965, kelompok ini merajai pentas wayang orang di Malang dan sejumlah kota lain di Jawa Timur, bahkan hingga Bali.
Berdiri pada 1957, awalnya wayang orang ini merupakan kegiatan kesenian untuk mengisi waktu luang di organisasi sosial bidang kematian Ang Hien Hoo. Menurut Chambali, manakala tak ada persemayaman atau perawatan jenazah, mereka mengisi waktu dengan bermain gamelan. "Waktu itu alat-alat gamelannya masih menyewa," ujarnya. "Lama-lama mereka merasa kurang lengkap tanpa karawitan dan tarian. Hingga akhirnya…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar…
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…