Teater Pikiran Tan Malaka

Edisi: 06/45 / Tanggal : 2016-04-10 / Halaman : 44 / Rubrik : SN / Penulis : Seno Joko Suyono, Anwar Siswadi,


Tan Malaka secara kronologis menceritakan dirinya terus-menerus. Dari masa kecilnya di Padang. Dari petualangannya di Moskow. Sampai pulang dan merasa dikecewakan tokoh-tokoh Sukarno, Hatta, Sjahrir, hingga ia memilih jalan gerilya daripada diplomasi. Tapi pementasan monolog Tan Malaka yang dimainkan oleh aktor Joind Bayuwinanda pada Kamis sore, 24 Maret, di Institut Francais D'Indonesie (IFI) Bandung itu lebih condong ke sebuah "teater pikiran".

Tidak ada sebuah peristiwa di panggung. Ahda Imran, selaku penulis naskah, tidak menciptakan Tan Malaka sebagai sosok manusia yang berada dalam situasi realis tertentu. Yang tersaji di panggung bukanlah sepenggal cerita Tan Malaka yang dikreasi dari fakta sejarah serta secara imajinatif suasana dan kalimat-kalimatnya direka-reka sendiri secara bebas oleh penulis. Sebagai aktor, Joind Bayuwinanda lebih melontarkan garis besar perjalanan dan sikap-sikap Tan.

Genre teater yang mendedahkan hanya pikiran bukan hal baru, tentu. Di Yogya dulu, saat ramai-ramai masalah Waduk Kedung Ombo, Emha Ainun Nadjib menciptakan monolog Pak Kanjeng yang dimainkan tiga aktor: Joko Kamto, Butet Kartaredjasa, dan Novi Budianto. Tidak ada peristiwa. Tidak ada adegan. Ketiga…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.