Pencoleng Di Sepanjang Pipa
Edisi: 06/45 / Tanggal : 2016-04-10 / Halaman : 52 / Rubrik : INVT / Penulis : TIM INVESTIGASI, ,
PADA 2013, ketika harga minyak dunia melambung mencapai titik tertinggi dalam lima tahun terakhir, perusahaan-perusahaan pengebor di Sumatera Selatan malah kehilangan ratusan ribu barel minyak mentah. Emas hitam itu dicuri para pencoleng terlatih yang dibiayai pembeli alias "investor" dari Jakarta dan Singapura.
Kelompok pencuri menyedot minyak dari pipa-pipa yang menghubungkan puluhan sumur ke Refinery Pertamina Unit III di Plaju, Palembang. Modus ini populer dengan nama tappingââ¬âpipa minyak di titik-titik terpencil dibolongi serta dipasangi klem dan keran kecil, lalu melalui keran itulah minyak disadap. Pertamina kehilangan sekitar 266 ribu barel. Dikalikan dengan harga rata-rata tahun itu, sekitar US$ 93 per barel, kerugian perusahaan minyak negara ini mencapai Rp 300-an miliar.
Selain Pertamina, puluhan pengebor swasta di kawasan itu menjadi korban, termasuk tiga perusahaan besar: PetroChina, ConocoPhillips, dan Medco E&P Indonesia. Menurut data yang Tempo peroleh, Medco, misalnya, kehilangan sekitar 20 ribu barel.
"Itu semua juga dihitung sebagai kerugian negara," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro. Soalnya, 85 persen minyak mentah dari perusahaan-perusahaan swasta itu harus disetor ke negara lewat Pertamina. Justru minyak pada jalur pipa distribusi pengiriman itu yang dicuri.
Medco, ConocoPhillips, dan PetroChina enggan membahas detail pencurian ini. Ditemui saat rapat koordinasi dengan SKK Migas tiga pekan lalu, Direktur Sekuriti Medco Doni G. Wibisono cuma memberikan konfirmasi pendek. "Kami memang menemukan banyak pencurian di lapangan," katanya.
Sebenarnya, pencurian pada pipa yang mengantarkan minyak dari kilang-kilang penampungan menuju kilang utama di Plaju sudah dilaporkan sejak 2009. Puncaknya pada 2012: ada 810 kasus tapping atau pengetapan pada pipa Pertamina saja. Minyak yang hilang mencapai 281 ribu barel. "Ketika itu, harga tertinggi minyak dunia US$ 103 per barel," ujar Agung Indra Dewa, Manajer Sekuriti Pertamina EP, anak usaha Pertamina.
Tapi pelaku yang tertangkap hanya beberapa orang. Itu pun operator lapangan yang diupah untuk sekali kerja.
Kewalahan, Pertamina memutuskan mengganti pipa lama dengan pipa baru yang lebih tebal serta menyembunyikannya di bawah tanah. Bahkan, pada Juli 2013, perusahaan minyak negara itu menghentikan produksi selama dua minggu dan meminta bantuan tentara menjaga jalur minyak di sana. Kasus pencurian berkurang drastis, tapi tak lama.
Beberapa bulan menjelang akhir 2015, pencurian kembali marak. Desember tahun lalu, aparat Kepolisian Resor Musi Banyuasin menangkap seorang anggota kelompok pengetap minyak di daerah Tanjung Kerang, Babat Supat, Musi Banyuasin.
* * *
JALAN tanah sepanjang sekitar tujuh kilometer menghubungkan Desa Sigam dengan Midar di Kabupaten Muara Enim. Di kanan-kiri jalan, tumbuh…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.