Kebebasan
Edisi: 37/20 / Tanggal : 1990-11-10 / Halaman : 35 / Rubrik : KL / Penulis : AUDAH, ALI
PENYAIR itu berdiri ketakutan. Setelah tertangkap, tak ada jalan lain, pasti
ia dijatuhi hukuman mati. Ia menyadari kesalahannya yang tak berampun. Selama
itu lidahnya selalu memancarkan api. Dengan puisi-puisinya yang tajam dan
pidato-pidato yang membakar, ia termasuk orang yang gigih mengobarkan perang.
Ia mengecam, memfitnah, menghina, dan mencerca utusan Tuhan, disertai hasutan
supaya orang yang dituduhnya gila itu dibunuh.
; Sebagian sahabatnya ada yang tak sabar lagi, penyair dan orator yang sekarang
sudah tertangkap itu akan mereka bunuh seketika. Apalagi tertangkapnya di
tengah-tengah berkecamuknya peperangan, hukuman mati sah dan sudah biasa berlaku.
Sahabat yang lain hendak membawanya kepada Nabi, dan, setelah berada di
hadapannya, seorang sahabat meminta izin akan mencabut dua gigi seri Suhail, si
penyair itu, supaya lidahnya menjulur keluar dan tidak lagi mencercanya di
mana-mana.
; Tetapi ia nabi. Ia rasulullah. Maka, ia menjawab, "Aku tidak akan memperlakukannya
secara kejam, supaya Tuhan tidak memperlakukan aku demikian, sekalipun aku
seorang nabi."
; Yang menyangkut dirinya pribadi ia tak pernah marah. Kenapa? Karena dia nabi,
karena dia rasul. Ia tak pernah takut menghadapi siapa dan apa pun. Dimusuhi,
dimaki, dihina, dianiaya, ia berjalan terus. Tujuannya…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…
Kekerasan Polisi
1994-05-14Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…