Kartika Jahja Membela Dengan Nyanyi Dan Aksi
Edisi: 08/45 / Tanggal : 2016-04-24 / Halaman : 56 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : TIM LAPSUS, ,
SAAT ditemui pada Jumat dua pekan lalu, Kartika Jahja, 35 tahun, tak bisa menyembunyikan kegundahannya. Mengenakan busana yang terkesan garang, jaket kulit dipadu dengan rok sepan bermotif lombok merah, penyanyi ini lalu mengungkapkan ketidakmengertiannya atas peristiwa yang baru dia alami.
Tika saat itu baru pulang dari Yogyakarta. Di Kota Gudeg, dia batal bernyanyi gara-gara ada kelompok organisasi kemasyarakatan menggerebek pergelaran Lady Fast 2016, tempat seharusnya dia manggung. "Alasannya sungguh tidak jelas," ujarnya.
Lady Fast semula akan menampilkan beragam mata acara dengan mengusung isu perempuan. Materi yang sudah disiapkan antara lain diskusi, lokakarya, pemutaran film, dan pertunjukan musik. Pergelaran baru berlangsung sehari, datanglah rombongan anggota ormas yang didampingi polisi membubarkan acara. Setelah itu, Tika dan anggota Kolektif Betina, selaku penyelenggara acara, harus berurusan dengan kepolisian setempat.
Alasan penggerebekan, kata Tika, ada sebagian kecil pengunjung yang membawa minuman keras. Ada juga sebagian wanita yang disebut berpakaian "kurang pantas". "Padahal yang hadir banyak juga ibu-ibu dengan anaknya," ujarnya.
Tika mengklaim para penyerbu hanya melihat perempuan penggiat acara itu dari penampilan luar. Misalnya ada sebagian wanita bertato, yang dianggap bukan perempuan baik-baik. "Padahal sebagian dari mereka itu juga memprakarsai berdirinya taman asuh anak."
Peristiwa Yogyakarta itu adalah penegasan saja dari risiko yang mungkin muncul atas jalur yang telah dipilihnya. Sebuah pilihan sebagai musikus yang rajin menyuarakan penolakan pada kekerasan terhadap perempuan.
Darah musik mengalir sangat kental dalam diri Tika. Penyanyi seriosa Pranawengrum Katamsi dan Aning Katamsi adalah kerabat dari pihak ibunya, Aning Jahja. Sedangkan dari pihak ayah, ada musikus Jockie Soerjoprajogo dan Ve, anggota band Jingga yang populer pada 1990-an. "Hanya saya yang tidak bisa bernyanyi," kata Aning Jahja, bercanda.
Menurut Aning, bakat musik Tika terlihat sejak dia berusia empat tahun. Saat itu dia sudah mengarang melodi sendiri dan meminta asisten rumah tangga menirukan lagu asal-asalan karyanya.
Sejak awal, Tika memilih jalur indie dalam berkesenian. Alasannya, dia tak ingin diatur menurut selera major label. Sempat ada major label yang ingin mengontrak dia. "Tapi saya tolak," ujar lulusan Art Institute of Seattle ini. Alasannya, Tika tak mau diatur untuk menggemukkan atau menguruskan badan. "Kata mereka, susah memasarkan artis dengan badan tanggung seperti saya, ha-ha-haââ¬Â¦."
Itu baru sebagian alasan kecil. Penyebab utamanya, seperti disampaikan Aning Jahja, adalah Tika tak ingin lagunya diubah-ubah major label. "Tika bilang lebih baik albumnya laku 5.000 keping ketimbang laku banyak tapi bukan sepenuhnya lagu dia," ujar Aning.
Karier Tika sebagai penyanyi dimulai pada 2005 dengan album Frozen Love Songs, yang kemudian dikemas ulang dengan tajuk Defrosted Love Songs setahun setelahnya. Langkah Tika menempuh…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…