Sheila Agatha Wijaya Busana Dari Bengkel Purbalingga

Edisi: 08/45 / Tanggal : 2016-04-24 / Halaman : 62 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : TIM LAPSUS, ,


TANGAN-tangan empat penjahit itu tak berhenti bekerja sejak pukul delapan pagi. Mereka bolak-balik mengukur, menggunting, menyetrika, dan menyambung kain dengan teliti. Suara mesin jahit terdengar berlomba-lomba. Empat penjahit yang sedari tadi sibuk itu tak sekali pun mengeluarkan suara.

"Mereka tunawicara," ujar Sheila Agatha, perancang busana yang mempekerjakan empat penjahit itu, saat dijumpai Tempo di bengkel kerjanya di Purbalingga, Jawa Tengah, Sabtu dua pekan lalu. Tidak hanya tunawicara, keempat penjahit ini juga tidak bisa mendengar. Ketidaksempurnaan itu tak dijadikan halangan oleh Sheila untuk merekrut dan memberi pekerjaan buat mereka.

Sheila teringat pesan ayahnya untuk tidak merendahkan kekurangan orang lain. Ia juga percaya bahwa setiap manusia harus diberi kesempatan. "Saya juga dulu pernah di peringkat paling bawah. Banyak yang meremehkan. Tapi guru dan keluarga terus mendukung hingga saya bisa seperti sekarang," kata Sheila.

Arif Hidayat, salah satu penjahit, telah bekerja bersama dengan perancang muda ini selama tiga tahun terakhir. Bercerita kepada Tempo dengan menulis di kertas, ia tidak pernah menyangka masih ada orang yang mau mempekerjakan kaum difabel seperti dirinya. "Bekerja sangat nyaman di sini," tulis Arif.

Arif tak sekadar menjahit. Kemampuannya berkembang. Ia juga bertanggung jawab dalam urusan produksi saat Sheila tidak berada di bengkel kerja. Arif sudah dipercaya layaknya manajer. "Dia juga sudah bisa membuat jahitan detail, seperti aplikasi bordir, gaun, dan setelan jas," kata Sheila.

Mengasah kemampuan Arif tak mudah. Awalnya lulusan Sekolah Luar Biasa Negeri Purbalingga ini sempat takut dan ragu karena mesin jahit yang digunakan di tempat Sheila berbeda dengan di sekolahnya. Tapi Sheila berhasil meyakinkan Arif. Pelan-pelan ia mengajari Arif dari dasar. Proses itu berlangsung enam bulan. "Sampai sekarang saya masih begitu kalau ada penjahit baru," kata Sheila.

Selain Arif, Sheila memiliki tiga penjahit lain. Mereka adalah Tamam, Lisa, dan Sarah. Sebagai yang tertua, Tamam bergabung dengan Sheila bersamaan dengan Arif. Ketiga pegawai ini memiliki karakter dan kecakapan yang berbeda. Itu sebabnya, pendekatan yang dilakukan Sheila untuk mengajar dan mengajak mereka bekerja juga berbeda. "Arif cekatan karena dia punya tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga," kata Sheila. "Pekerjaan ini sangat berarti buat dia."

Sheila memberi upah kepada para pegawainya sesuai dengan ketentuan upah minimum. Bisa ditambah bonus tergantung produksi bulan itu. Setiap hari para pekerjanya mendapat jatah makan siang gratis dan satu kali cemilan. Mereka juga diperbolehkan tinggal di rumah keluarga Sheila selama…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…