Mengontrol Stres Dengan Cahaya

Edisi: 16/45 / Tanggal : 2016-06-19 / Halaman : 78 / Rubrik : ILT / Penulis : Tri Artining Putri, ,


BAU keton menyeruak dari mulut Bruce—sebut saja begitu namanya. Wajahnya pucat, matanya melotot, dan keringat dingin mengucur dari
tubuhnya. Napas Bruce tak teratur. Denyut jantungnya kadang cepat, kadang pelan. ”Bau keton itu khas orang stres atau kelaparan,” kata Taruna Ikrar, 47 tahun, guru besar di Divisi Neurobiologi University of
California, Irvine, Amerika Serikat, tentang kondisi pasiennya itu, pekan lalu.

Bruce, veteran perang Irak pada 2009 berpangkat mayor, tentu tidak sedang kelaparan. Ia hanyalah satu dari 12 orang yang diwawancarai Ikrar untuk melengkapi penelitiannya tentang kecemasan. Di rumah
sakit tempat Ikrar berpraktek, banyak pasien tentara yang mengalami stres sekembali dari medan perang. Bruce, misalnya, tiga tahun bertugas di Timur Tengah, sehingga membuatnya terus-menerus ketakutan dan cemas. Semua orang dianggap musuh. Ia menderita gangguan kecemasan kronis dan paranoid.

Menurut Collins dan Susabda (1983), kecemasan antara lain timbul karena adanya ancaman, ketakutan, konflik, dan keinginan yang tak terpenuhi. Bruce masuk dua kriteria pertama. Adapun dari sisi kedokteran, selama ini pengetahuan tentang kecemasan dan stres baru sampai pada tahap dugaan adanya masalah pada bagian otak.
Pusatnya sendiri belum diketahui.

Nah, Ikrar dan timnya di University of California menemukan pusat lalu lintas…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

E
Ekornya pun Bisa Menembak
1994-05-14

Dalam soal ekonomi, rusia bisa dikelompokkan terbelakang. tapi teknologi tempurnya tetap menggetarkan barat. kini rusia…

I
Ia Tak Digerakkan Remote Control
1994-04-16

Seekor belalang aneh ditemukan seorang mahasiswa di jakarta. bentuknya mirip daun jambu. semula ada yang…

P
Pasukan Romawi pun Sampai ke Cina
1994-02-05

Di sebuan kota kecil li-jien, di cina, ditemukan bukti bahwa pasukan romawi pernah bermukim di…