Menjaga Hutan Warisan Siberut

Edisi: 21/45 / Tanggal : 2016-07-24 / Halaman : 66 / Rubrik : LIN / Penulis : Nur Haryanto, Febrianti,

BARISAN pohon sagu di tepi Sungai Saibi, Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, terlihat subur. Begitu pula ladang dan hutan di belakang tempat tinggal Melki Sanenek, 60 tahun, tokoh masyarakat di Desa Saibi Samukop. Hasil bumi menjadi penopang perekonomian penduduk setempat. Namun kehidupan mereka akhir-akhir ini terusik. Tersiar kabar ada rencana konsesi hutan tanaman industri di Siberut Tengah dan Siberut Utara oleh PT Biomas Andalan Energi.

"Tanah, bagi orang Mentawai, ibarat harga diri. Kalau tak memiliki tanah berarti tak memiliki uma (klan)," kata Melki ketika ditemui di rumahnya, tiga pekan lalu. Melki dan warga Saibi Samukop lain khawatir bakal kehilangan penguasaan atas tanah di desa mereka setelah PT Biomas mengantongi izin mengelola hutan tanaman industri (HTI) seluas 20.110 hektare. Lokasinya meliputi tujuh desa: Saibi Samukop, Bojakan, Cempungan, Sirilogui, Saliguma, Sotboyak, dan Mongan Poula.

Suku Sanenek merupakan suku terbesar di Saibi dan menguasai tanah paling luas di Siberut Tengah, yang masuk konsesi HTI. Melki khawatir nanti tak bisa lagi mengambil sagu dan pisang, memanen cengkih dan cokelat, atau menikmati buah durian, nangka, dan duku, yang tumbuh di hutan. Belum lagi pohon endemis yang kayunya biasa digunakan untuk membangun rumah dan sampan atau tanaman obat yang digunakan sikerei (tabib) buat menyembuhkan penduduk yang sakit.…

Keywords: -

---

Foto Terkait