Dijaga Satpam
Edisi: 40/20 / Tanggal : 1990-12-01 / Halaman : 47 / Rubrik : PT / Penulis :
Sosialisme memang sudah di ujung hari, juga di Beijing. Para pemimpin tak
lagi bicara soal partai dan ideologi, tapi bagaimana meningkatkan produksi.
Semangat wiraswasta diberi tempat. Maka muncullah kapitalis-kapitalis kecil
yang menghidupkan ekonomi Beijing: berbagai usaha swasta berkembang melahirkan
"orang kaya" baru. Reportase selintas tentang kota yang berubah itu, selama
kunjungan Presiden Soeharto di sana, dua pekan lalu, oleh Bambang Bujono.
; TIBA-tiba saja ia muncul dari ruang dalam, masih mengenakan pakaian juru
masak. "Bapak dari Jakarta, ya?" tanyanya. Dan kemudian Wu Yinmei, perempuan
37 tahun itu, menceritakan dirinya dan teman-temannya, tanpa diminta.
; Maka, berada di rumah makan sempit yang menyajikan masakan Indonesia, yang
terletak di sebuah jalan di pusat Kota Beijing itu, untuk beberapa menit tak
terasa seperti berada di ibu kota Republik Rakyat Cina. Empat pemuda yang
sedang asyik makan mi pangsit, yang mengobrol dalam bahasa Mandarin, terasa
seperti pemuda-pemuda di kawasan Glodok saja. Mereka, kata Yinmei, pegawai
kantor pajak. Sebuah poster besar yang ditempel di dinding rumah makan itu --
menggambarkan suatu pantai di Indonesia, komplet dengan nyiur melambainya --
memperkuat perasaan itu. Rumah makan ini namanya memang Rumah Makan Nyiur
Melambai.
; "Usaha ini baru saya mulai tiga bulan yang lalu, mudahan-mudahan lancar,"
kata Yinmei, sambil menyajikan daging rendang, kacang bawang, dan kari ayam.
"Pegawai saya ada lima orang, tapi masuknya aplosan, karena saya buka dari
pagi sampai malam. Dua di antaranya bisa bahasa Indonesia karena pernah
tinggal di Jember dan Surabaya."
; Di Beijing yang kelabu, di pertengahan musim gugur, dalam suhu yang bergerak
antara 4 dan 12 derajat Celcius, keramahan Yinmei seperti sebuah upaya
menembus dingin dan kemuraman. Bicaranya yang cepat, termasuk memperhitungkan
untung-ruginya membuat bumbu masak sendiri atau membeli bumbu Indonesia dari
Hong Kong, secara tak langsung menggabarkan bahwa rakyat Beijing -- dan Cina
umumnya -- kini punya pilihan. Yakni pilihan untuk tetap bekerja pada negara
atau berdiri sendiri sebagai swasta. "Tiongkok sekarang sudah lain," kata
Yinmei pula. "Orang boleh berdagang dan dijamin aman."
; Pilihan itu, yang dicanangkan oleh Deng Xiaoping 11 tahun yang lalu, membuka
jalan lahirnya kapitalis-kapitalis kecil di Beijing dan di kota besar lainnya
di Cina. Orang boleh bermalas-malas dan tak beranjak dari rumah sempit yang
sekaligus dihuni oleh empat generasi, atau kerja keras seperti Yinmei dan
menikmati televisi dan video, serta pesawat telepon, di rumahnya yang cukup
lega.
; "Politik dan ideologi harus mengabdi kemajuan ekonomi," kata Li Ruihuan,
anggota komite tetap Politbiro, dalam pidatonya di depan kader-kader Partai di
Provinsi Hubei awal pekan lalu. "Kita harus membangkitkan semangat
perseorangan dan massa hingga mereka bisa menyumbang pada terbentuknya
kemajuan ekonomi," kata tokoh yang disebut-sebut sebagai pengikut Zhao
Ziyang, Sekretaris Jenderal Partai yang tergeser karena dituduh membela
demonstrasi mahasiswa 4 Juni tahun lalu. Kenyataan bahwa pidato Li tak
mendapat teguran menunjukkan bahwa pembelokan rumusan tentang sosialisme
memang sedang terjadi, dan diterima.
; Beijing, seperti kata Yinmei, memang sudah berubah. "Tiga tahun lalu saya
bertugas di luar Cina, dan kembali tahun ini. Saya kaget, saya tak…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
MEMPERBAIKI KETURUNAN
1994-05-14Penyanyi ruth sahanaya ,27, menikah dengan jeffrey waworuntu, 29, di bandung. resepsi di hotel papandayan…
NOVELNYA LARIS UNTUK SINETRON
1994-05-14Y.b. mangunwijaya genap berusia 65 tahun. perayaan ulang tahunnya berlangsung di hotel santika, yogyakarta, dengan…
PENYAIR JUGA BAYAR LISTRIK
1994-05-14Penampilan rendra, 59, di panggung gedung olahraga kridosono, yogyakarta, memukau penonton. ia membawakan beberapa sajaknya…