Sri Mulyani Indrawati: Saya Ingin Membangun Kepercayaan - Wawancara Sri Mulyani
Edisi: 26/45 / Tanggal : 2016-08-28 / Halaman : 100 / Rubrik : WAW / Penulis : Arif Zulkifli,, Sapto Yunus, Yandhrie Arvian,
SRI Mulyani Indrawati adalah bintang yang kembali. Presiden Joko Widodo "memanggil" dia pulang dari jabatannya yang mentereng sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Sri ditunjuk menjadi Menteri Keuangan. Ia menempati pos yang sama dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, periode ketika ia dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik se-Asia versi Emerging Markets Forum pada 2006.
"Kalau Anda diminta pemimpin negara untuk berkontribusi, dan Anda merasa secara personal atau secara profesional dan idealismenya sesuai, Anda harus melakukannya," kata Sri dalam wawancara khusus dengan Tempo, Kamis pekan lalu.
Sepekan menempati pos strategis itu, Sri memangkas anggaran belanja negara sebesar Rp 133,8 triliun. Angka itu jauh di atas pemotongan anggaran pada April lalu sebesar Rp 50 triliun. Alokasi belanja tak produktif, seperti perjalanan dinas dan anggaran perbaikan gedung, disikat. "Saya tidak mengerem mesin ekonominya, tapi menjaga mesin APBN-nya bisa berjalan lama," ujarnya.
Wawancara Sri dengan wartawan Tempo Arif Zulkifli, Sapto Yunus, Yandhrie Arvian, Martha Warta Silaban, Akbar Tri Kurniawan, Andi Ibnu, Faiz Nashrillah, dan fotografer M. Iqbal Ichsan berlangsung satu jam di ruang tamu Menteri Keuangan, Gedung Djuanda, Jalan Dr Wahidin Raya, Jakarta Pusat. Ia menjelaskan berbagai hal, dari defisit anggaran hingga pengampunan pajak (tax amnesty).
* * *
Kenapa Anda memutuskan pulang ke Indonesia?
Presiden Joko Widodo meminta saya bergabung dengan pemerintah. Saya lihat dari sisi momentum dan waktunya, apakah saya punya nilai tambah. Secara profesional, saya merasa sudah meraih sesuatu dan berkontribusi banyak di Bank Dunia. Saya sudah enam tahun, dan menjabat direktur pelaksana di bawah dua Presiden Bank Dunia yang berbeda. Jadi saya mulai bertanya apa lagi tahap dalam kehidupan saya.
Apa yang Anda lakukan setelah diminta Presiden?
Sewaktu Presiden Joko Widodo meminta, saya berdiskusi dengan suami dan anak-anak. Lalu keluarga mengatakan, kalau nilai tambahnya lebih banyak di Indonesia, kenapa tidak ambil pekerjaan itu. Saya lihat Presiden menaruh perhatian luar biasa terhadap Indonesia. Sama seperti semua institusi negara, dalam politik, ada pemimpin yang harus menerjemahkan pemikirannya ke sesuatu yang bisa dijalankan.
Anda mengajukan syarat kepada Presiden?
Saya ini warga negara Indonesia, berpaspor Indonesia. Mungkin sikapnya begini ya, kalau Anda diminta oleh pemimpin negara untuk berkontribusi sesuatu, dan Anda merasa secara personal atau secara profesional dan idealismenya sesuai, Anda harus melakukannya.
Selama ini, ketika saya menerima pekerjaan, yang selalu saya pikirkan adalah apakah saya ada gunanya di situ. Bukannya saya bilang kamu kasih saya apa, jabatannya apa, pendapatannya berapa, fasilitasnya apa, perlindungannya apa, jaminannya apa. Ibu-bapak saya tidak mendidik kami untuk mulai dari kamu minta apa. Saya rasa pikirannya adalah Anda cocok enggak dengan itu, Anda bisa melakukan sesuatu enggak. Karena kepuasannya bukan pada titel dan fasilitas-fasilitas itu, tapi saya dapat melakukan sesuatu yang menurut saya baik untuk institusi di mana saya bekerja dan saya percaya institusi itu punya tujuan baik…
Keywords: Wawancara Sri Mulyani, 
Foto Terkait
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…