Gontor, Sebuah Riwayat
Edisi: 31/45 / Tanggal : 2016-10-02 / Halaman : 76 / Rubrik : IMZ / Penulis : Dian Yuliastuti, Nofika Dian Nugroho ,
Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, baru saja merayakan ulang tahun ke-90. Pada 20 September 1926, pesantren ini bermetamorfosis dari pesantren tradisional yang mengkaji ilmu agama saja menjadi pesantren modern yang mengintegrasikan pelajaran pengetahuan umum dan pendidikan agama. Itu dilakukan saat pesantren lain masih mengharamkan sistem tersebut. Gontor lalu menjadi Kulliyatu-l-Mu'allimin al-Islamiyah atau sekolah guru Islam yang mengharuskan siswanya membayar.
Gontor kemudian dikenal menghasilkan banyak lulusan yang ikut mewarnai kehidupan sosial negeri ini. Ikuti laporan Tempo tentang kondisi pesantren ini kini. Gontor pada masa sekarang adalah pesantren yang memiliki unit usaha bisnis yang kokoh. Omzet penerbitannya saja tinggi per tahun. Nikmati juga tulisan Ahmad Fuadi, novelis Negeri 5 Menara, yang merupakan alumnus Gontor. Ia menceritakan kenangannya ditempa di Gontor.
SENIN pagi pekan lalu adalah hari yang istimewa bagi warga Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Hari itu mereka menggelar resepsi 90 tahun pondok tersebut berdiri. Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara serta beberapa pejabat dan tokoh menghadiri puncak syukuran ulang tahun itu. Begitu rombongan Presiden turun dari mobil, tim santri berseragam putih berbaris dan para kiai pimpinan pondok menyambut mereka. Irama lagu Jika yang dinyanyikan Melly Goeslaw dan Ari Lasso dimainkan kelompok drum band terdengar menggema.
Sebelum menyapa para santri yang berjas dan berkopiah, Presiden Jokowi meresmikan Gedung Utama Universitas Darussalam (Unida) Gontor. Presiden juga meletakkan batu pertama pembangunan menara baru Masjid Jami, yang direncanakan mencapai ketinggian 90 meter. Kedatangan Jokowi melengkapi kunjungan para Presiden Indonesia sebelumnya.
"Kedatangan Bapak Presiden membanggakan dan membesarkan hati kami dan para santri," ujar pemimpin Pondok Modern Darussalam Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal, dalam acara tersebut. Presiden terkejut saat mengetahui para santri berasal dari seluruh penjuru Tanah Air, bahkan dari mancanegara. Presiden sempat menjalankan salat zuhur di sana, diimami KH Hasan Abdullah Sahal.
l l l
UNTUK masuk ke Pondok Gontor sekarang, calon santri harus lulus seleksi. Mereka yang lolos seleksi diwajibkan membayar uang pembangunan gedung sekitar Rp 5 juta dan uang buku. "Setiap semester membayar Rp 610 ribu untuk makan, penginapan, dan sekolah. Standarlah," ujar Farida, 33 tahun, ibu dari santri Muhammad Dzaki Haidan.
KH Hasan Abdullah Sahal mengatakan santrinya mayoritas berasal dari kalangan ekonomi menengah-bawah. Pekerjaan orang tua mereka bervariasi, seperti pegawai negeri, petani, pedagang, dan tentara. "Banyak yang nunggak bayar SPP (sumbangan pembinaan pendidikan)," katanya. Bagi yang telat membayar diberi keringanan, seperti bebas biaya makan. Tapi, syaratnya, mereka harus berprestasi dan ada keterangan tidak mampu.
Menjelang subuh, sekitar pukul 03.30, geliat kehidupan di pondok mulai terasa. Para santri bangun dan menyiapkan diri untuk salat subuh berjemaah. Untuk santri kelas I-IV, mereka menjalankan salat…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar…
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…