Kisah Kelompok Semarang

Edisi: 32/45 / Tanggal : 2016-10-09 / Halaman : 59 / Rubrik : LAY / Penulis : Dian Yuliastuti, Edi Faisol,


Di rumah kontrakannya di daerah Kasipah, Semarang, Inanta Hadi Pranoto hidup bersama keluarganya. Melukis masih menjadi mata pencariannya. Ruang belakang, yang berukuran kurang- lebih 10 meter persegi, penuh dengan perabot meja kursi dan bingkai lukisan. Bingkai lukisan itu tak hanya disandarkan di tembok, tapi juga di antara kursi-kursi. Rumah itu disewanya sejak dua tahun lalu. Akhir tahun rencananya dia akan pindah ke rumah barunya yang sedang dibangun. Rumah baru itu hasil penjualan rumah lamanya di Jalan Veteran, Semarang.

Dia masih mengingat baik ketika dia diajak seorang kawannya, pelukis di Semarang, Kok Poo, bertemu dengan Dullah di Solo pada 1968. Dia bersama Kok Poo pun berguru pada Dullah. Pada 1973, Dullah hijrah ke Bali. Sepuluh muridnya pun ikut serta, termasuk Inanta dan Kok Poo, yang dari kelompok Semarang. "Saya ikut sampai 1978. Banyak belajar mengenai seni lukis dari sang maestro di Sanggar Pejeng, Gianyar, Bali," ujar Inanta.

Inanta mengakui dekat dengan Dullah. Inanta pun tak memungkiri jika dikatakan karyanya sangat mendekati corak sang maestro. "Saat pameran,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…