Agus Harimurti Yudhoyono: Saya Harus Punya Mentalitas Kuda Hitam
Edisi: 33/45 / Tanggal : 2016-10-16 / Halaman : 31 / Rubrik : NAS / Penulis : Tim Nasional., ,
ENAM belas tahun berkarier di militer, Agus Harimurti Yudhoyono menanggalkan pangkat mayornya untuk mengikuti pemilihan Gubernur Jakarta. Ia kini menyulap seragam hijau tentara menjadi setelan hitam bertulisan "AHY"ââ¬âinisial namanyaââ¬âdi dada kiri, "#JakartaUntukRakyat" di dada kanan, serta emblem merah-putih di lengan kanannya.
Agus, lulusan terbaik Akademi Militer 2000, diusung koalisi Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Persatuan Pembangunan. Ia berpasangan dengan mantan Wali Kota Jakarta Pusat Sylviana Murni.
Putra sulung mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini memasuki arena baru, yang jauh dari garis komando. Ia pun menitikkan air mata ketika mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum pada 23 September lalu. "Ini murni keputusan saya sendiri, tidak ada paksaan, apalagi dijerumuskan orang tua," kata lelaki 38 tahun ini.
Kamis pekan lalu, selama dua jam, Agus berkunjung ke Tempo. Ia didampingi anggota timnya, antara lain pengusaha Wisnu Wardana, aktivis Rachland Nashidik, dan Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Eddy Soeparno. Terlihat pula dosen Ilmu Filsafat Universitas Indonesia, Rocky Gerung.
Sewaktu mendaftar ke KPU, Anda menitikkan air mata. Ada beban berat?
Keputusan yang saya ambil ini fundamental. Kalau kita pindah rumah secara dadakan saja susah. Apalagi ini, pindah jalur profesi dan kehidupan. Saya tentu tidak dapat menutupi rasa haru. Enam belas tahun berdinas di militer, saya mencoba menapaki setiap jenjang karier, jabatan, pangkat itu dengan melakukan yang terbaik.
Jadi keputusannya mendadak?
Pada 22 September, saya masih berada di Darwin, memimpin pasukan latihan bersama dengan tentara Angkatan Darat Australia. Saya mendapat telepon dari Jakarta, yang menyampaikan situasi politik di Jakarta begitu cairnya. Ketika anggota lain pesiar, saya tinggal di barak. Saya bilang, sejak kapan gagasannya. Dijawab, baru-baru saja. Katanya, sampai detik terakhir mencari tokoh dan figur yang disepakati bersama. Kebetulan, ketika nama saya diangkat, semuanya sepakat.
Siapa yang menelepon?
Bapak dan Ibu. Bapak berat sekali menyampaikannya, sehingga menyampaikannya hati-hati sekali. Akhirnya, saya pikirkan, dan kembali ke Tanah Air pada 23…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?