Danau Buyan, Cerita Dari Perbatasan Kaja

Edisi: 37/45 / Tanggal : 2016-11-13 / Halaman : 84 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Dini Pramita, ,


BALI mengandalkan gunung dan pantai buat patokan arah utara dan selatan. Area pegunungan yang membentang dari barat hingga timur jadi kiblat kaja. Jika kita melihat peta topografi Bali, area pegunungan ini memanjang di tengah pulau. Seolah-olah membelah Pulau Dewata menjadi dua bagian, utara (Buleleng) dan selatan. Jadi kaja berarti selatan bagi orang Buleleng dan utara bagi penduduk di luar Buleleng.

Ada kepercayaan turun-temurun di antara sedikit orang Buleleng bahwa pertemuan dua kaja itu berada di Puri Gede Denbukit, Desa Pancasari, Sukasada, Buleleng. Puri ini juga sekaligus jadi saksi sejarah kehidupan Kerajaan Buleleng pertama kali. Ahli warisnya saat ini, I Gusti Ngurah Agung Dharma Wirata, 55 tahun, merupakan trah ke-18.

Kerajaan Buleleng, menurut Babad Buleleng, didirikan oleh I Gusti Ngurah Panji pada abad ke-17 Masehi. Agung mengatakan wilayah warisan I Gusti Ngurah Panji itu sangat istimewa bagi masyarakat Hindu Bali. "Di wilayah inilah terjadi pertemuan kaja, lalu ada Danau Bulian-Tamblingan sebagai Ulu Suci dan Ulu Merta Bali sehingga sangat suci dan sakral," ucap Agung. Kedua hal itu, kata dia, ada dalam wilayah kekuasaan Puri Agung Denbukit.

Untuk menjaga kesucian Ulu Suci dan Ulu Merta, setiap ahli waris Puri Agung Denbukit wajib menegakkan Tri Huluning Jagad Bali. Pertama adalah menjaga Ulu Suci, yaitu gunung/bukit, sebagai tempat bersemayam para dewa-dewi dan roh leluhur. Kedua, menjaga Ulu Merta sebagai sumber kehidupan, yang utama adalah air. Lalu, yang ketiga, menjaga interaksi dengan sesama manusia.

Sejak Tri Huluning Jagad Bali diterapkan, menurut Agung, ada perpindahan penduduk besar-besaran. Masyarakat yang tadinya mendiami hutan di bukit dan pinggiran danau bermigrasi. "Supaya kawasan danau dan bukitnya tetap suci," katanya.

Konsep Tri Huluning Jagad Bali lantas menjadi pedoman tingkah laku masyarakat sekitar danau. "Kami percaya bahwa air hujan akan ditampung di danau, lalu meresap ke tanah lewat urat nadi di bawah tanah untuk mengaliri subak. Setelah itu mengalir lagi sampai akhirnya berkumpul di sungai untuk dipakai sehari-hari," ujar Agung. Karena itu, masyarakat di sekitarnya percaya, jika kondisi danau tercemar, kehidupan mereka juga tercemar.

Hal itu menjelaskan terbatasnya aktivitas yang boleh dilakukan di sekitar Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Ini juga didukung dengan penetapannya sebagai kawasan konservasi, taman wisata alam (TWA), sejak masa pemerintahan kolonial Belanda.

Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda 29 Mei 1927 menjelaskan ihwal penataan batas kedua kawasan danau ini sebagai hutan wisata. Kawasan TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan ditetapkan seluas 1.703 hektare, kira-kira 21 kali…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04

Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…

D
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04

Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…

Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…