Hoerijah, Barabah, Dan Saniangbaka

Edisi: 38/45 / Tanggal : 2016-11-20 / Halaman : 64 / Rubrik : IMZ / Penulis : Seno Joko Suyono., Moyang Kasih Dewimerdeka, Andri El Faruqi


Sentot Sudiharto seorang diri menari di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Suara gendang semakin kencang. Sentot bergerak semakin cepat. Kibasan tangannya tajam, tubuhnya berputar-putar oleng seperti terkena badai. Payung merah itu ia empaskan. Sampai ujungnya patah.

"Saya seolah-olah melihat Hoerijah Adam melintas," katanya. Sore itu ia merekonstruksi seorang diri tari Payung yang diciptakan oleh Hoerijah. Pada 1971, Sentot menarikannya di Taman Ismail Marzuki. Tari pendek ini bercerita tentang kehidupan keluarga yang tengah dilanda badai pertengkaran.

"Setiap mengajarkan tari, Kak Un juga menceritakan riwayat keluarganya berulang-ulang sampai saya bosan," tutur Sentot menyebut panggilan akrab Hoerijah. Sentot ingat, tatkala berpentas di TIM beberapa puluh tahun lampau itu, ia kuat mencampakkan payung. Namun ternyata Hoerijah menyukai. Payung mungkin sebagai simbol perisai pelindung keluarga yang tetap terkoyak. "Demikian kerasnya saya benturkan ke lantai, sampai payung itu sobek. Tinggal tongkat panjangnya saja," ujar Sentot.

Secara khusus Indonesia Dance Festival (IDF) memberikan penghargaan kepada Hoerijah Adam. Dia dianggap memelopori tari modern di Sumatera Barat tanpa kehilangan rasa Minang. Dialah yang berani memasukkan vokabuler silat dalam karya-karyanya—sesuatu yang dianggap tak pantas bagi masyarakat Minang saat itu karena silat lebih banyak dipelajari kaum laki-laki. Dosen Institut Seni Indonesia Padang Panjang, Rasmidah, kepada Tempo mengatakan Hoerijah membuka tabir keterikatan perempuan Minangkabau yang sulit mengembangkan diri dalam dunia tari.

Sebuah film dokumenter, Playing Barabah, karya Katia Engel juga dibuat mengiringi penghargaan tersebut. Film ini menyusuri kembali murid-murid Hoerijah di Padang dan para…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…