Negeri Yang Diwariskan Sang Komandan

Edisi: 41/45 / Tanggal : 2016-12-11 / Halaman : 104 / Rubrik : INT / Penulis : Purwanto Setiadi , ,


RIBUAN orang, beberapa di antaranya menyelimuti diri dengan bendera kebangsaan merah-putih-biru, berbaris di Plaza de la Revolucion. Pada Senin pekan lalu, di alun-alun raksasa di Havana, ibu kota Kuba, mereka menunggu giliran untuk bisa melangkahkan kaki di hadapan sebuah poster besar dan memberi penghormatan terakhir kepada potret masa muda Fidel Castro.

"Panjang umur, Fidel! Kami bisa mendengarnya, kami bisa merasakannya, dia akan selalu ada di sini," terdengar sekumpulan orang menyorakkan pujian-pujian sambil memegang bendera bertulisan "Kami adalah Fidel".

Pagi itu merupakan awal dari penghormatan resmi selama dua hari—bagian dari sembilan hari masa berkabung—yang dicanangkan pemerintah atas meninggalnya Castro. Pemimpin Kuba yang berkuasa selama hampir setengah abad setelah menggerakkan revolusi kiri ini wafat pada usia 90 tahun, Jumat dua pekan lalu. Prosesi untuk mengenang kepergiannya dimulai dengan tembakan senapan selama 21 kali, yang gemanya terdengar di seluruh pelosok Havana.

Di antara mereka yang datang ke lapangan bahkan sejak pukul empat pagi adalah Belkis Meireles. Insinyur sipil 65 tahun ini mengaku sangat berduka. "Saya sedih sekali. Saya datang untuk menyampaikan penghormatan kepada ayah, teman, dan komandan kami," katanya dengan suara lirih, seperti dikutip Reuters. "Dia orang yang memerdekakan kami dan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

J
Jalan Pria Ozon ke Gedung Putih
2007-10-28

Hadiah nobel perdamaian menjadi pintu masuk bagi al gore ke ajang pemilihan presiden. petisi kelompok…

P
Pesan Kematian dari Pazondaung
2007-10-28

Jasad ratusan biksu dikremasi secara rahasia untuk menghilangkan jejak. penangkapan dan pembunuhan biarawan terus berlangsung…

M
Mangkuk Biksu Bersaksi
2007-10-28

Ekonomi warga burma gampang terlihat pada mangkuk dan cawan para biksu. setiap pagi, biksu berke…