Tony Dan Tong Merah
Edisi: 44/45 / Tanggal : 2017-01-01 / Halaman : 44 / Rubrik : SN / Penulis : Seno Joko Suyono., Anwar Siswadi ,
DUA penonton dengan menggunakan stik memukul sekeras mungkin drum merah. Brangââ¬Â¦, brangââ¬Â¦. Amat berisik. Di dalam tong terdapat Tony Broer, 50 tahun.
Tentunya, di dalam drum, suara jauh lebih memekakkan. Itulah bagian dari pentas Tony berjudul Tu(m)buh di studio teater ISBI, Bandung. Pementasan dilakukan sebelum pertunjukan Post Haste. Pada adegan lain, ia menggelinding bersama drum di tanah dan kemudian berdiri menggotong drum berat itu.
Pertunjukan diawali Tony merespons instalasi Deden Bulqini. Bulqini membuat patung-patung yang secara anatomis tak utuh. Tubuh manusia tanpa lengan, tubuh manusia separuh badan terbalik tertancap ke tanah dengan sepasang kaki ke atas. Tony bergerak mengusap-usap satu per satu sosok cacat tersebut.
Tatkala berdiri di atas tong, Tony mengenakan masker gas. Video mapping menyorot ke dinding dan menjadikan tubuh Tony seolah-olah titik sasaran tembak. Adegan ini impresif. Terakhir, Tony menutup kepala sampai badannya dengan kain merah, memegang setangkai bunga plastik besar berwarna hitam serta membawa
payung bolong transparan, mengingatkan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.