Jurnalisme Yang Kembali Kepada Fakta

Edisi: 50/45 / Tanggal : 2017-02-12 / Halaman : 76 / Rubrik : KL / Penulis : Arif Zulkifli, ,


BENARKAH jurnalisme bermanfaat bagi demokrasi?
Hari-hari ini, ketika kebenaran dan kebohongan bercampur aduk serta berita benar dan hoax sulit dibedakan, pertanyaan itu layak diajukan kembali.

Berita bohong memang telah jadi omongan. Tak cuma diproduksi oleh akun media sosial abal-abal, tapi dalam beberapa kasus juga oleh media yang pada umumnya kita kenal.

Alih-alih menjadi "clearing house of information", media menyebarkan rumor dan membibitkan wasangka. Saya teringat pada Presiden Joko Widodo di depan para pemimpin redaksi media massa pada awal Januari 2017. Katanya mengkritik, alih-alih menjernihkan, media mainstream malah ikut menyebarkan hoax.

Mereka yang tak sependapat dengan kritik ini tentu bisa menangkis: media adalah medium, narasumberlah yang paling bertanggung jawab atas produksi kebohongan. Bukankah pemerintah sendiri pernah menjadi bagian dari produksi itu, baik sebagai korban maupun pelaku? Koran Tempo 23 Januari 2017 memuat cerita hoax dari rezim ke rezim: harta karun di bawah Istana Batu Tulis pada era Megawati Soekarnoputri, blue energy di zaman Susilo Bambang Yudhoyono, minyak murah Sonangol pada pemerintahan Jokowi.

Saya menikmati artikel itu, meski tak sepakat pada mereka yang menggunakannya untuk menangkis Presiden. Bagi saya, jurnalisme bukan sekadar persoalan medium. Jurnalisme adalah laku-ikhtiar…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

O
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14

Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…

K
Kekerasan Polisi
1994-05-14

Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…

B
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16

Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…