Cendana Di Tengah Keriuhan Pilkada

Edisi: 04/46 / Tanggal : 2017-03-26 / Halaman : 40 / Rubrik : NAS / Penulis : Reza Maulana , Friski Riana, Fransisco Rosarians


SITI Hediati Hariyadi berdiri di mimbar ruang tengah Masjid At-Tin di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, pada Sabtu malam dua pekan lalu. Bersuara sedikit serak, dia membuka peringatan 51 tahun Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar, yang menjadi tonggak kekuasaan ayahnya, Presiden Soeharto, mendirikan Orde Baru.

Meski bertajuk "Zikir dan Doa Bersama", pidato delapan menit pembukaan acara itu bermuatan politik. Titiek-panggilan anak keempat Soeharto itu-membeberkan keberhasilan rezim ayahnya selama 32 tahun hingga 21 Mei 1998. "Enak zaman Soeharto. Aman, gampang cari makan, dan gampang cari pekerjaan," katanya. "Banyak yang merindukan dan mendoakan Soeharto."

Pidato Titiek itu mendapat respons negatif di media sosial. Banyak orang mengutip pidato itu tapi untuk membandingkannya dengan banyaknya pelanggaran hak asasi manusia di zaman Soeharto. Banyak video yang mengutip "gampang cari makan tapi juga gampang nyawa hilang" dengan sederet pembunuhan masyarakat oleh negara, seperti penembakan misterius dan penghilangan paksa para aktivis.

Orang yang hadir agaknya mengabaikan fakta-fakta itu. Panitia menghitung ada sekitar seratus ribu orang tumplek dalam acara tersebut. Masjid At-Tin, yang namanya diambil dari nama istri Soeharto, Hartinah, yang berkapasitas 25 ribu, sesak oleh jemaah. Massa…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?