Sengsara Di Dekat Tambang
Edisi: 04/46 / Tanggal : 2017-03-26 / Halaman : 96 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : Tim Lapsus, ,
PEPATAH "tikus mati di lumbung padi" menjadi relevan bagi hidup Sumirah. Demi memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, warga Desa Lubuk Sawah, Kecamatan Sungai Pinang, Samarinda, Kalimantan Timur, ini sampai harus menumpuk utang. Gara-garanya, ibu empat anak ini kehilangan sumber penghasilan utama dari bercocok tanam sejak lahannya dikuasai perusahaan tambang batu bara.
Sudah sepuluh tahun terakhir, Sumirah hanya mendapat ganti rugi lahan Rp 500 ribu per bulan. Padahal, ketika masih menjual sayur-mayur, ia bisa membawa pulang uang Rp 50-70 ribu per hari. Uang itu bisa digunakan untuk kebutuhan makan lima orang, sekaligus disisihkan untuk membayar listrik. "Sekarang terpaksa saya ngebon ke warung, kira-kira sampai Rp 900 ribu per bulannya," ujar Sumirah saat ditemui di rumahnya, Kamis dua pekan lalu.
Amat, anak pertama Sumirah, sebetulnya mendapat berkah dari keberadaan perusahaan-perusahaan batu bara di sekitar rumahnya. Tapi, sebagai lulusan sekolah dasar, lelaki 40 tahun ini hanya menjadi penjaga malam di perusahaan batu bara dengan bayaran Rp 2,8 juta per bulan. Uang itu, menurut Sumirah, tak bersisa lantaran dibagi-bagi untuk membayar listrik, kredit televisi, dan cicilan sepeda motor.
Mujiono, tetangga Sumirah, mengalami kerugian yang sama. Satu-satunya penghasilan dari menanam palawija menguap lantaran tanah di sekitar rumahnya tak lagi subur.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…